Selasa, 28 Juli 2009

SEKILAS PROFIL SASTRA LATU




Sejarah tinta seng bisa bicara, tapi kapata bisa carita
hancurkan tirai kusut dan tua sioo nusa ina bukti sejarah
sombar waringin dari nunu saku tifa murkele game dong bale
hutan dan rimba suda babunga tahuri babunyi diujung binaya
siooo basudara yang satu darah ana cucu siwa lima katong buka suara
pombo putih kapata damai. Seisi bahtera bersuka ria sinar
sejarah damaikan Maluku siooo basudara yang satu darah
nusa ina tu rumah tua nunu siwa lima ooo pombo putih kapata damai
seisi bahtera bersuska ria tahuri babunyi di gunung binaya
Sinar sejarah damaikan Maluku.


Sepengal syair lagu SATU DARA yang dilantungkan oleh MAINORO sekumpulan anak Maluku, ketika termenung saya selalu menikmati dan menghayati isi yang terkandung dalam bait demi bait lantunan syair lagu ini. Sekiranya yang saya dapat dari lagu ini adalah Suatu cerita yang diyakini benar adanya oleh suatu kelompok masyarakat tertentu yang berhubungan dengan jati diri dan identitas masyarakat itu dapat saja hadir dengan versi-versi yang berbeda.

Ketika duduk di sampaing nenek sambil menikmati cahaya rembulan, merupakan kenangan manis masa kecil dengan dongen dan febal yang diceritakan padaku. Suatu kata berhikmah selalu mengawali cerita" cerita ini bohong cucu" tapi nenek tidak bohong padamu" lantas sang nenek bercerita tentang binatang-binatang yang bisa bercerita, mulai dari burung yang mendendangkan syair yang begitu syadu, sampai pada sang pahlawan yang gagah berani. Semua itu sang nenek menceritakannya sambil mengajak cucucnya memandang rembulan melalu sela dedaunan, seakan sebuah eksplorasi penyadaran image-visi-sikap bahwa kita punya negeri, Istimewahnya, usapan lembut tangan nenek terasa mengalirkan kehangatan tiada henti. Dengan logika pendek, agaknya binatang yang bicara sang pahalawan dengan kepala naga yang berkuasa memeng Cuma sebuah kebohonga.

Sungguh aku tidak pernah memahami tentang arti kebohongan yang tidak bohong, sampai sekian puluh tahun berlalu, ketika sang cucu kini menjadi seorang perantau, baruhlah sadar bahwa yang tidak bohong itu adalah nilai kebenaran dalam bentuk ungkapan filosofi serta ketukusan nurani kasih-sayang. Sebab hanya nenek yang punya ksih-sayanglah yang punya waktu untuk berbagi rasa. Tidak pernah kuduga, jika swmua itu akan ikut membentuk kepribadianku sebagai anak di Nusantara, melalui itu pula saya mengenal anak yang lain di persada Nusantara.

Sepengal kenangan di atas memberikan gambaran betapa sastra lisan dapat berfungsi sebagai media pendidika. Kendati dudah melampaui bulan dan tahun, namun syair-syair indah yang diungkapkan sang nenek dengan nilai budayanya yang kain mengakar, begitu kuat terukir dihati, sastra lisan sebenarnya tidak terpihakan dari kehidupan leluhur pada masa lampau.

Sastra masyarakat Latu ( sebua desa di Muluku tepatnya berada di Kab Seram Barat) dalah salah satu bentuk seni dan tradisi orang Latu yang cukup tua, dituturkan dari generasi ke generasi dan pengarangya tidak di kenal.

Sastra yang ada pada masyarakat Latu sangat banyak ragamnya. Ada yang ditulis dan ada yang dituturkan, ada yang dinyanyikan dengan alat musik ada pula tanpa alat musik. Cerita dan puisi tradisional masyarakat Latu pada umumnya memuat tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan, keberania, kepahlawanan, kejadia-kejadian alam, kisah raja-raja dan cerita binatang. Didalam terkandung unsure contoh-contoh kehidupan manusia, sikap mental, keberania,kepahlawanan, kepadain, kepatuhan yang ingin yang ingin ditanamkan kepada pribadi anak.

Banyak cerita dan puisi yang telah membudaya dan telah menjadi milik masyarakat banyak diantara sastra Latu tradisional yang serbah indah dan unik, tetapi sayangn keindahan itu telah menuju kepada kepunahan yang terjadi karena makin berkurangnya seniman dan penikmatnya. Sastra lisa masyarakat Latu nyaris diangap sebagi suatu yang basa-basi yang dipentingkan tapi bukan yang utama. Padahal jika diuraikan akang mengandung nilai-nilai filosofi yang sangat mendasar untuk lebih memahami filsafat kerakyatan. Kendati demikian, nilai kefiksian itu sarat dengan semiotik yang menggiring nilainya pada suatu faktualisasi dari aktualisasi diri, setelah dunia khayal mampu memboyong visi-image-sikap dengan segala kefiksiannya.

Kebenaran dalam kebohongan ataupun kebohongan dalam kebenaran sudah merupakan realitas tidak terelakan untuk ditemukan dalam sastra lisa Latu baik ia mengungkapkan sebuha fable atau dongeng atau mitos, atau legenda, yang pasti sastra yang diungkapkan oleh masyarakat, didengar olah rakyat, dibenarkan oleh rakyat, diadakan oleh rakyat. Uniknya: ia menawarkan kesamaan visi-imege-sikap untuk menerima nilai yang ditawarkan baik sebagai kebenaran dalam kebohongan ataupun sebagai kebohongan dalam kebenaran, tidak ada bedanya. Hal utama dalah kehadiran membawa arti. Jika ia diberi arti, ia akan tetap sebagi arti yang dibawa sendiri.

Tidak ada komentar: