Senin, 21 Desember 2009

bahasa kalbu

Tulisan ini bukan untuk membahas isi dari salah satu lagu Titi DJ, hanya sekedar luapan dari hati yang ingin dituliskan...dengan kata lain curhat kali ya :)

Seringnya berkomunikasi dengan teman melalui dunia maya memberikan warna tersendiri dalam hidup. Betapa tidak, kita dapat mengembangkan pembicaraan ataupun sekedar mencari celah yang menyegarkan saat teman kita tidak tau lagi apa yang harus diobrolkan....selama dalam batas-batas kesopanan dan nilai positif sih ga papa kan?

Manusia itu unik, ada yang bisa mewakilkan bahasa kalbu/ bahasa batinnya mendekati sempurna melalui tulisan, tapi kurang bisa mewakilkannya melalui lisan di dunia nyata. Hal ini bisa dimengerti karena memang keadaan dunia maya berbeda dengan dunia nyata. Di dalam dunia maya, seseorang dapat mengekspresikan dirinya tanpa banyak dipengaruhi oleh sisi psikologis yang terkadang sering "mengacau" setiap perjumpaan di dunia nyata...intinya, bagi sebagian orang tidak mudah men-translate bahasa kalbu ke dalam bahasa lisan. Type orang seperti ini biasanya introvert....ada yang 'ngrasa ga? hehe.......

Balik lagi ke bahasa kalbu, bahasa ini adalah bahasa yang paling murni dan bersifat abstrak, kira-kira ada yang tau 'ga letak geografisnya ada di belahan tubuh bagian mana? ^_^
terkadang, ketika bahasa kalbu ingin disampaikan melalui bahasa lisan/ tulisan/ gerak mengurangi kapasitas dari makna aslinya. Kalau dianalogikan seperti mata air, bahasa batin adalah bahasa murni sebuah mata air pegunungan, sedangkan bahasa lisan/ tulisan/ gerak adalah bahasa yang dikeluarkan dari mata air yang sama di muaranya, sehingga mengakibatkan perbedaan tingkat kesucian (mis: dipengaruhi oleh kurangnya perbendaharaan kata).

Apa mau dikata, bahasa batin seseorang tidak mungkin bisa dipahami oleh orang lain tanpa mewakilkannya menjadi bahasa perantara, baik tulisan, lisan atau body language sebagai media komunikasi antar sesama.
BTW, ngetik 'n ngetik...curhatnya sebelah mana ya

AKU TITIPKAN BAHASA INDAH PADAMU

sekadar lamunan buat tarian mata dari tarian jari mengetik aksra bukan untuk menunjuk apatah lagi
membangakan tentang sesuatu yang menjadi coretan di catit buat tatapan..


Rasa yang dalam dari bagian akalmu Atas realita kehidupan yang fana,
penuh akan cucuran air mata Yang akan menghancurkan batu karang
sekalipun...Gelisahmu insan beradab Menyaksikan aliran air ke hulu,
mustahil alam untuk mengatakan itu Hanya getaran jiwamu yang akan
menjawab Atas seribu bahasa kemunafikan yang sekecil pasir pun akan
diperhitungkan Sebagai imbalan dari pekerjaanmu.

Untukmu dunia berkata Sekian lama alam menyaksikan atasmu
sebagai rohmu yang kau larikan dari raga yang kau usik.
Dengan itu Cermin pun akan retak melihatmu, buatlah pelita untuk
dunia gelapmu. Seakan-akan berada di atas sang surya Raihlah dan
rasukkan dalam pancaran sinarmu Agar urat nadimu turu dan larut
Bersamaan dengan hembusan napasmu, Dengan aroma jalur hidupmu Kini dan kelak.

terang............?
Sudah satu minggu rasanya kejadian itu berlalu, dalam perenunganku yang tajam dan tanpa henti mohon pada Tuhan, biarlah aku diamkan, karena engkau masih "bugil" dan belum tau gaun indah hidup setelah mandi suci.

Ketika cercaanmu bergemuruh tempoh hari, aku hanya menjadi manusia penitip makna pada bahasa dan nurani. Aku takut, topan menerjang lebih pilu dan lebih bermusibah, sehingga tak mampu menatap wajahmu yang terpelihara puisi-puisi kata itu.
Tapi, angin laut petang itu tetap saja membawa gemuruh, sekalipun aku berbahasa indah berperadaban datang. Duhai, aku sangka kata-kata dalam puisimu semanis budayamu! Tapi tidak! Sekali lagi jawabannya, mungkin engkau masih sedang "bugil"
Apa makna bahasa dalam puismu? Hanya helain rambut yang tidak berkepala, ingin dikenal dunia tanpa ada makna. Apa artinya engkau pemuisi? Apakah menjadi pengotbah di mihrab langit saja? Atau ingin menjadi nabi pembela laut untuk tidak terbelah. Atau apa?
Kemarilah, selagi langit masih berbintang dan selagi malam masih berembulan aku ajak kau berdandan bahasa dengan maknanya, karena aku ingin melihat wajahmu sempurna seperti puisimu itu.
Kini, baru dari ke jauhan aku titip bahasa indah padamu, kutiplah maknanya wahai sang pemuisi yang "bugil"

AKU MASIH INGAT

Pada mu aku berlutut, karena wajahmu mengingatkan aku zaman anak-anak yang telah menberi ceria hidup ini. Kaulah kekasihku, saling merindu di kala berjauhan, saling tersenyum dikala ku gembira dan berduka bila keresahan. Ku tetap ingat syurga di tapak kakimu, berilah restumu kepada hidupku jasamu terlalu mahal bukan tanding, untuk menagih hormat dan restumu menjadi anak kesayanganmu dikala ini aku merindu, dikala ini aku berjanji mengingati nasihatmu merapati hajatmu kaulah kekasihku.

Aku masih ingat dan akan terus ingat sehingga akhir hayat, dulu engkau banyak menderita. aku masih ingat dulu engkau banyak menangis aku masih ingat dulu engkau banyak berkorban apa saja aku masih ingat dulu engkau berbalut ketabahan membesarkan aku mengenal kemanusiaan, aku masih ingat dulu engkau berlantaikan semangat mengasuh aku menjadi insan beriman. Aku masih ingat, dulu engkau berdinding kegigihan mendidik aku menjadi anak soleh, dulu engkau merumahkan setia memelihara aku dengan kasih sayang menjadi manusia berguna

hatiku tiadak terbatas akan aliran jiwaku mengalir bersama arus sungai cinta dikala kerikil batu-batu tanpa sesak dan kesusahan sungguh indahnya perasaan itu, Meluaskan kecilnya ruang hatiku Menyegarkan lesunya jiwaku Menegangkan nadiku yang kian melemah Dek keringnya dari siraman cintamu Andaikata aku dapat bernyanyi Burung merak pasti mahu mendedangkannya bersamaku Menceritakan keceriaan dihatiku di saat aku bersamamu Walaupun cuma seketika..

Tetapi kebahagiaannya terasa hingga mencapai penjuru langit sejagat
Indahnya kasih itu Apabila ia menjadi dinamo kepada semangat
Dan penyuntik ilham Serta penerang obor cahaya Kepada berlikunya jalanku ini…

Jawaban bukan Tidak

Aku berharap, jawabannya bukan, tidak…!. Jangan biarkan kapal itu terapung di atas samudera hitam kelam. Ribuan mil telah dilalui dan tak pernah mendapatkan dermaga untuk bersandar. Jangan biarkan kapal itu kehabisan bahan bakar, sampai akhirnya tenggelam dan lenyap bersama ribuan hiu yang telah lama mengintai dengan giginya yang tajam. Berikan dia tanah untuk berlabuh. Berikan dia pulau untuk disinggahi dan membangun rumah. Aku berharap keegoisan hilang darimu. Tolong berikan nafasmu yang bisa menyejukanku. Aku tidak ingin seperti cerita kapal titanic yang tenggelam setelah membentur karang kokoh, karena sungguh aku tidak ingin. Apakah engkau akan membiarkan aku seperti ratusan tubuh yang sia-sia setelah meluncur ke dasar lautan ganas dan dicabik-cabik oleh ikan-ikan kecil yang tak pantas memakanku. Aku masih saja teringat ketika engkau mengatakan ingin hidup selamanya denganku. Aku masih saja teringat ketika engkau tersenyum manis, saat aku menawarkan 12 orang anak agar aku bisa membuat satu tim sepak bola. Dan aku masih sangat teringat ketika kita hempas angin dalam perjalanan panjang, hanya untuk mewujudkan kedua impian itu. Sungguh sangat mengasyikkan.

Aku memang pernah tergelincir dan melapaskan pegangan tanganmu. Aku memang pernah memutuskan untuk tidak menghirup desah nafasmu yang pernah membuatku mabuk. Dan saya pikir, itu cukup adil. Bukankah kamu juga pernah melakukannya. Melakukan hal yang sama, saat kamu juga tergelincir karena tanah licin yang dibuat oleh orang lain. Kita sama-sama biadab. Kita sama-sama keparat. Cobalah untuk mengerti, bahwa bekal yang kita bawa sama-sama pernah kita bagi kepada orang lain. Memang seharusnya tidak terjadi. Tapi bulan telah menjadi dua ketika berada di atas danau yang sangat luas. Dan itu adalah keharusan kecuali danau itu kering. Maka izinkan aku untuk mengeringkan danau itu, agar bulan kembali satu. Tentu….sinarnya akan kembali terang. Tentu….cahayanya tak akan pernah bisa padam. Sungguh….jangan biarkan astronot datang dan menapakkan kakinya. Jangan paksa aku untuk mengusir dan menendang tubuh si anstronot yang terbalut perasaan tak berdosa karena telah berani berdiri pada satu bagian dari dirimu yang belum pernah aku singgahi. Katakan, bagian mana yang selama 3 purnama belum pernah aku sentuh. Aku cukup rela untuk melepaskan baju dan alas kakiku, walaupun aku sadar itu akan membakar tubuhku yang telah kering selama 1 purnama. Aku tercengang saat keadaan memaksamu beranjak menghilang dari cenayan yang selama ini telah aku suguhkan bersama ribuan lebah yang tak pernah berhenti untuk mengeluarkan madu dari dalam gelembung perutnya yang masih tetap besar. Jangan biarkan lebah-lebah itu menyengatku dan melemahkan semangatku.

Aku benar-benar merasa, saat ini seperti kolam yang hanya menampung air yang terus mengucur dari kran tanpa penutup. Terlalu penuh rasanya hingga tumpah dan sia-sia belaka. Aku hanya membiarkan tumpahannya mengalir entah kemana, entah kepada siapa, dan entah berapa lama. Aku ingin engkau datang dan menutup kran itu, lantas mencelupkan tubuhmu ke dalamnya. Basuhlah mukamu sampai bersih. Mandilah sepuasmu. Berkumurlah sebanyak-benyaknya, hingga aku bisa merasakan kembali bau nafasmu yang dulu membuatku melayang. Aku merindukan sentuhan itu. Kehangatan itu sudah terlanjur menancap dan bersembunyi di balik pori-poriku, menyuburkan setiap helai rambut yang tumbuh di kulitku. Malam masih saja terluka. Cairan merah kental itu pun masih terus menetes dan jatuh di atas daun kering yang terkapar di tanah kering. Kekeringan kini seakan telah menjadi kekal. Kekeringan kini membalut sayatan-sayatan panjang yang menghiasi tubuh sang malam yang dingin. Ini justru hanya akan menambah rasa sakit dan memperparah luka sayatan itu. Tidakkah engkau mendengar tangisannya yang sendu dalam pancaran bulan yang tak lagi terang, tidak seperti purnama pertama yang tegak dan indah dengan hiasan kunang-kunang yang terbang mengelilingi perahu yang berjalan berlahan di sebuah danau dengan ribuan ikan-ikan kecil yang berwarna-warni sambil berteriak kergirangan menyaksikan dua orang yang mendayung diatas perahu. Sangat indah. Purnama itu pun ikut tersenyum renyah.

Rabu, 16 Desember 2009

MASYARAKAT DESA & MASYARAKAT KOTA

Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia semakin parah,di tambah dengan adanya dampak globalisasi yang menyebabkan lonjakan tajam harga jual dan melemahnya harga beli,perusahaan banyak mengalami gulung tikar,di sisi lain lapangan pekerjaan terus menerus menerun,tidak seimbangnya dengan para pencari kerja,termasuk para pencari kerja yang berada di Desa,pada umumnya Masyarakat di Pedesaan berpikir bahwa di Kota adalah surga untuk mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik di bandingkan dengan di Desa(lapangan pekerjaanya lebih luas ),urbanisasi dari Kota ke Desa memang ada keuntungannya,tetapi harus mempunyai kemampuan dan keahlian agar ketika masyarakat Desa dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan.

. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki mapan
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas

. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Solusi yang harus di lakukan agar sukses meraih impian di Kota:

1.harus mempunyai kemampuan dan keahlian tertentu
2.mempunyai target-target(cita-cita) yang di inginkan di Kota
3.memperbanyak informasi yang ada di Kota agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan

Di samping itu terdapat perbedaan karakter sifat antara masyarakat desa dan masyarakat kota.
Masyarakat Pedesaan cenderung memiliki sifat kekeluargaan yang sangat erat,solidaritas yang tinggi,di bandingkan dengan Masyrakat Perkotaan yang bersifat Individualisme

Masyarakat Perkotaan memiliki sifat-sifat:

-.Terdapat spesialisasi dari variasi pekerjaan.
-.Penduduknya padat dan bersifat heterogen.
-.Norma-norma yang berlaku tidak terlalu mengikat.
-.Kurangnya kontrol sosial dari masyarakat karena sifat gotong royong mulai menrun

Masyarakat Pedesaan memiliki sifat-sifat:

-.Jumlah penduduk tidak terlalu padat dan bersifat homogen.
-.Kontrol sosial masih tinggi.
-.Sifat gotong royong masih kuat dan
-Sifat kekeluargaannya masih ada.

sumber referensi: buku sosiologi,yudistira

Selasa, 15 Desember 2009

Kuliah kerja nyata

Program Kuliah Kerja Nyata telah mengalami beberapa
pengembangan baik dari segi administrasi maupun teknis
operasional, dalam perkembangannya saat ini dituntut
mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa. Seiring dengan hal
tersebut pada saat ini Program Kuliah Kerja Nyata dibawah Wakil
Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Sehingga kedepan diharapkan ada keterpaduan program pengelolaan KKN dengan
pemberdayaan dimana kita tahu menjadi salah satu
Pada hakekatnya, program KKN sangat strategik dalam proses
pembangunaan daerah, hal ini sejalan dengan tujuan dan sasaran KKN
yang telah dirumuskan dalam buku Pedoman KKN yang dikenal
dengan tri gatra KKN yaitu: Personality Development, Community
Empowerment dan Institutional Development.

Dalam situasi bangsa dan negara saat ini yang sedang mengalami
krisis multi dimensi maka program KKN yang dilaksanakan sedapat
mungkin diarahkan sebagai respon aktual perguruan tinggi dalam
rangka ikut menjawab persoalan bangsa. Persoalan-persoalan yang ada
tidaklah akan mudah dipecahkan bila dikerjakan sendiri-sendiri, untuk
itu diperlukan adanya kerjasama yang simbiotik mutualistik diantara
para pelaku pembangunan. Hubungan yang sinergis antara perguruan
tinggi dengan pemerintah daerah mutlak adanya, dengan potensi atau
sumber daya yang dimiliki masing-masing akan tercipta suatu kekuatan
yang sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.

Perguruan tinggi misalnya mempunyai modal utama yaitu mahasiswa yang
merupakan intellectual capital untuk meraih kemajuan bangsa,
sedangkan daerah mempunyai sumber daya alam yang mungkin belum
dikembangkan dan masyarakat sebagai human capital yang merupakan
sasaran utama pemberdayaan.


Bagi sebagian orang yang sudah dan pernah mengenyam pendidikan tinggi, kuliah kerja nyata (KKN) tentunya merupakan sebuah kegiatan yang akan senantiasa dikenang. Entah karena memang kegiatan KKN yang sangat berkesan, atau kisah yang terjalin selama masa kuliah di masyarakat itu. Tak sedikit mahasiswa yang menemukan pasagan hidupnya di tempat KKN, sehingga istilah KKN pun seringkali dipelesetkan menjadi Kisah Kasih Nyata.

Pada awalnya KKN didesain sebagai sebuah kegiatan yang akan mendekatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dengan masyarakat. Di lokasi KKN yang biasanya berupa kawasan pedesaan terpencil, mahasiswa seyogianya mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya di bangku kuliah. Mahasiswa dituntut peka terhadap permasalahan yang terjadi di lokasi KKN serta diharapkan mampu memberikan solusi atas masalah tersebut. Bukannya malah menambah masalah di lokasi KKN.

Dalam kenyataanya, di lapangan sering terjadi hal-hal yang tidak patut terjadi. Pernah kita dengar ada mahasiswa KKN yang sempat bentrok dengan warga gara-gara permasalahan sepele. Ada pula mahasiswa KKN yang belum sempat menyelesaikan program pembuatan kartu keluarga meski masa KKN telah berakhir. Serta banyak lagi berita yang kurang sedap didengar telinga.

Permasalahan yang timbul bisa berasal dari masyarakat dan juga dari mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa kerap membawa budaya hidup yang cenderung bebas di lingkungan kost dan kampus. Padahal biasanya, masyarakat di lokasi KKN masih memegang norma-norma agama dan adat.

Mahasiswa "abangan", yang kehidupanya berputar di lingkaran 2K + 2W (kost, kampus, warung, dan warnet), biasanya akan merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Mahasiswa yang tidak terbiasa berkecimpung dalam organisasi kemahasiswaan, boleh jadi mereka tidak bisa memahami dan menganalisa kebutuhan organisasi kepemudaan di masyarakat. Kadangkala ilmu yang didapat di bangku kuliah sama sekali tidak "nyambung" dengan realita kehidupan di masyarakat.

Oleh karena itu, pusat KKN di perguruan tinggi perlu terus memantau pelaksanaan KKN dan mengevaluasinya dari tahun ke tahun. Pendapat masyarakat, baik dari aparat maupun masyarakat biasa, perlu diserap mengingat yang dijadikan objek KKN adalah masyarakat. Jangan sampai KKN hanya menjadi ajang cari nilai, jalan-jalan, menghabiskan waktu bersantai-santai, cari jodoh, dan transfer budaya-budaya negatif seperti mode pakaian yang kurang beradab dan hal negatif lainya.

KKN alias Kuliah Kerja Nyata, itu tuh kegiatan mahasiswa di sebuah desa yang intinya kita menularkan kemampuan mahasiswa ke masyarakat desa tersebut. Tapi ada juga yang memplesetkan KKN dengan Kisah Kasih Nyata huh tewew.
Ini foto saya pas KKN di sebuah desa di sebelah utara Pulau Ambon desa ini termasuk desa yang berada di bawah pemerintahan kabupaten Maluku Tenga tepatnya antara desa Negeri lima dan desa Aselulu yaitu desa Ureng, apabila untuk memcapai desa ini kita boleh mengunakan bas dari terminal yang berada di ruko batu merah diperkiran 2 jam dalam perjalanan hehehe cape deh mikirinnya. Sewakatu kami sampai di desa Ureng, mobil yang kami tumpangi berhenti di depan rumah kepala kampung (di Ambon kepala kampung biasa di pangil dengan Raja) kami di jemput oleh sekertaris desa Ureng (Sry lupa nama beliua. Maaf yaa pa) kelompok kami termasuk apes pas KKN dimulai kawan saya kena DBD selama seminggu. Jadi pas kegiatan KKN masih lemes dan kalau jalan persis kayak nenek-nenek itu kawan saya.
Di KKN kita banyak kegiatan atau mbanyak-banyakin kegiatan, ada ngajar ngaji anak-anak TPQ setempat yang ada juga kita kalah jago ngajinya, ngadain diklat guru ngaji kerjasama ama ponpes setempat, membuat tugu selamat dating, tempat sampa dan bla - bla yang penting disana gak nganggur malu atuh ama almamater.
Dan kegiatan tambahan lainnya, Kisah Kasih Nyata. Wah urusan ruwet kalau ini mah. Asli ruwet. Yang sudah tunangan ada juga yang hancur gara-gara tunangannya "kesangkut" pas KKN, apalagi yang baru pacaran wah deh, gak jaminan deh. Ujung-ujungnya bikin ngiri juga kita-kita yang gak ada nyangkut barang sebiji hehehe. Tapi ada juga yang lucu, teman saya yang pegang trofi berani "nembung" atau pasnya minta ke orang tua seorang gadis setempat. Itu mah belum hebat euy, yang bikin kita ternbelalak matanya adalah gadis yang ditembung masih kelas 6 SD. wedew. Wah - wah, benar-benar nekat atau apa ya, gak abis pikir deh. hihihihi.
Tapi, emang asyik KKN itu, soalnya kita hidup bersosialisasi dengan lingkungan yang beda dengan kehidupan kita sehari-hari bersama teman-teman yang baru juga, kan lain fakultas. Kenal-kenal juga paling satu dua orang saja. Tentang ada cerita lain dibalik KKN itu, wah itu tergantung kondisi dan anginnya wedew apa maksudnya tuh.

Datang Naik Pesawat, Pulang Jalan Darat

INI salah satu pengalaman pahit yang dialami tenaga kerja
Indonesia (TKI) yang bekerja di Brunei Darussalam.
Mereka umumnyatiba di negara kaya minyak itu
dengan gagah dan penuh harapan. Impianbisa mengubah
hidup menjadi lebih baik, terus menyelimuti benak
mereka. Apalagi mereka ke negara tetangga itu datang
dengan pesawat terbang yang menelan biaya tidak sedikit.

SEJUMLAH uang berjuta-juta rupiah, juga telah mereka
serahkan kepada agen pengerah tenaga kerja yang mampu
mengirimkan TKI-TKI itu ke Brunei. Dengan membayar uang
antara Rp 7,5 juta-Rp 14 juta,termasuk untuk ongkos pesawat,
mereka meninggalkan kampung halaman dengan sejuta harapan.

Dua tahun bekerja di Brunei, sesuai dengan kontrak kerja yang
ditandatanganinya di depan agen pengerah tenaga kerja, tentu akan
mendatangkan uang tidak sedikit. Semua TKI yang berangkat ke Brunei
mungkin juga yang mengadu nasib ke negala lainnya-bermimpi bisa
mengubah kehidupan keluarga dan dirinya menjadi lebih baik.

Sama seperti ketika berangkat, ketika pulang kembali ke Indonesia
mereka pun berpikir akan menggunakan pesawat. Dalam kontrak kerja
yang dijanjikan agen, biaya tiket pesawat saat pulang pun nantinya
akan ditanggung majikan di Brunei. Semuanya serba menyenangkan, dan
membuat TKI merasa gagah-gagah, termasuk TKI perempuannya.

"Tetapi beginilah kenyataannya. Pada saat datang ke Brunei
kami masih dibuai mimpi, naik pesawat terbang lagi.
Setibanya di Brunei ternyata semuanya omong kosong.
Tidak ada pekerjaan sesuai janji yang kami terima.
Lihat sendiri untuk pulang kembali ke kampung halaman
pun, kami terpaksa menggunakan jalan darat," kata Darman
(26), TKI asal Ponorogo, Jawa Timur.

Pada 27 September, Darman bersama temannya satu desa di
Ponorogo,Budi (23), memulai perjalanan panjangnya menggunakan
jalan darat dan laut, agar bisa kembali ke kampung halaman.
Mereka terpaksa menggunakan uang hasil keringat sendiri, agar
bisa sampai Ponorogo dengan menggunakan bus dari Bandar Seri Begawan.

Rute yang dilalui menggunakan jalan darat, antara lain dari
Bandar Seri Begawan menggunakan bus dengan tujuan ke Seria,
dilanjutkan ke Kota Kuala Belait, keduanya masih di Brunei
Darussalam. Dari Kota Kuala Belait, perjalanan masih dilanjutkan
dengan tetap menggunakan bus, di antaranya harus melewati dua sungai
di wilayah Brunei yakni Kuala Belait dan Kuala Baram, yang dilalui
dengan menggunakan feri.

Sesudah melewati pemeriksaan petugas imigrasi di Sungai Tujuh di
perbatasan kedua negara, perjalanan bus dilanjutkan hingga ke Miri,
Sarawak, Malaysia. Dari Miri, kedua pemuda itu melanjutkan perjalanan
menaiki menggunakan bus, dengan tujuan Kuching, ibu kota Negara
Bagian Sarawak. Dari Kuching, mereka pun kembali menempuh jalan darat
hingga ke Pontianak, Kalimantan Barat. Dari Pontianak mereka tinggal
memilih, menggunakan kapal laut dengan tujuan Jakarta atau Surabaya.
Dari kedua kota besar di Tanah Air itu, perjalanan pulang kembali
dilanjutkan dengan menggunakan bus.

"Kata teman yang pernah pulang menggunakan jalan darat,
perjalanan sampai ke Ponorogo memakan waktu sekitar tujuh hari. itu
pun kalau kapal laut dari Pontianak memang telah tersedia ketika kami
sampai di sana," ujar Darman, kepada Kompas, sebelum berpisah di
terminal bus Miri
***

MENGGUNAKAN jalan darat, dipastikan akan jauh lebih sedikit
memakan biaya, jika dibandingkan menggunakan pesawat terbang yang
mencapai sekitar Rp 1,5 juta. Tetapi, Darman dan Budi tidak bisa
memperkirakan, berapa besar ongkos yang dibutuhkan mereka hingga tiba
di kampung halaman. Mereka hanya baru mengetahui, perjalanan pertama
dari Bandar Seri Begawan-Miri, menghabiskan 17 ringgit Brunei atau
sekitar Rp 85.000.

Lantas kalau perjalanan pulang dari Brunei dipastikan akan
melelahkan-meskipun lebih murah-mengapa mereka memilihnya? Tiket
pulang naik pesawat tentu tinggal mereka minta kepada majikan di
Brunei.

"Mana ada majikan di Brunei yang mau membelikan tiket pesawat
pulang. Mereka yang pulang menggunakan pesawat, umumnya menggunakan
uang hasil keringat sendiri. Bohong itu perjanjian dengan agen, tiket
akan ditanggung majikan," kata Budi menimpali.

Pernyataan Budi mungkin ada benarnya, meskipun mungkin tidak
semua majikan berbuat tega dengan tidak memberi tiket pulang kepada
TKI yang hendak pulang ke Indonesia. Sejumlah TKI yang hendak pulang
menggunakan pesawat dengan tujuan Surabaya, mengaku pulang dengan
biaya sendiri. Majikan mereka di Brunei umumnya cuci tangan alias
tidak mau menanggung biaya mereka pulang menggunakan pesawat, sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati.

"Jangan harap tiket pesawat untuk pulang dibayari majikan.
Kebanyakan TKI yang pulang ke Indonesia, memakai biaya sendiri," ujar
Samsul (28), salah seorang dari mereka.

Seorang perempuan TKI yang pernah bekerja di Brunei sebagai amah
(pembantu rumah tangga), Ulwiyah (26), asal Indramayu, Jawa Barat,
juga mengungkapkan pengalaman yang sama. Pada 1998 lalu dia pergi ke
negara itu, juga dengan kontrak kerja selama dua tahun.

Namun, baru satu tahun, majikannya menyatakan tidak sanggup lagi
melanjutkan kontrak. Majikannya tidak mampu lagi membayar Ulwiyah,
sehingga dia menghendaki amah itu pulang ke Indonesia.

"Karena dia yang ingin memutuskan kontrak, seharusnya majikan
saya itu yang membayari tiket pulang. Kenyataannya,
dia tidak mau membelikan tiket. Meskipun saya sempat
perang mulut dengan dia, tetap saja dia menyatakan tidak
mampu membelikan tiket. Akhirnya saya pulang dengan membeli
tiket pesawat sendiri," tutur ibu satu anak
yang menyebutkan telah kapok untuk kembali bekerja di Brunei
Darussalam. (mul)