Senin, 31 Agustus 2009

PASAR RAMADHAN MALAYSIA


Siapa pun yang sedang membaca tulisan ini pastilah orang-orang yang telah mendapatkan anugerah usia kehidupan dari Allah Swt. sehingga masih mempunyai kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan. Di seluruh Negara yang berpenduduk muslim, hiruk-pikuk dan keramaian dalam menyambut Bulan Suci ini sangat luar biasa meriahnya. Mulai dari wilayah perkotaan hingga pelosok desa, Ramadhan selalu menampilkan nuansa yang berbeda.

Bulan Ramadhan yang senantiasa ditunggu-tunggu umat Islam seluruh dunia sebagai bulan penuh keberkahan telah tiba. Puasa ramadhan adalah kewajiban bagi ummat Islam untuk menjalaninya selama bulan suci ramadhan. Saat bulan suci ramadhan sangat di Malaysia, orang berpuasa sangatlah dihormati oleh orang lain, baik muslim ataupun non muslim. Pengalaman saya selama melaksanakan ibadah puasa ramadhan di Malaysia, sangatlah berkesan dan penuh dengan banyak nilai relegi. Selama melaksanakan puasa di Malaysia, tidak ada satupun orang yang saya lihat merokok disiang hari, jarang sekali saya melihat warung makan yang buka saat waktu umat muslim berpuasa kalaupun ada yang buka pelangan harus mengunakan tanda-tanda tertentu yang mengisyaratkan kalau yang bersangkutan adalah non muslim. saat bulan Puasa. Di Malaysia, orang yang tak berpuasa tak mudah makan seenaknya di luar. Pasalnya, ada petugas yang khusus memantau umat Islam yang tak berpuasa. Para petugas ini tak segan-segan menanyakan identitas untuk mengetahui agama yang dianut. Jika ketahuan, akan dijatuhi sanksi.

Ibadah Puasa yang dilaksanakan pun selalu membawa kenangan, suka-duka, serta romantika tersendiri terlebih bagi saya dan sejumlah mahasiswa yang bermukim di negeri jiran ini. Bagi sebagian mahasiswa Indonesia di Malaysia yang untuk pertama kalinya menyambut 1 Ramadhan di Negara ini akan menciptakan romantika tersendiri. Berpisah jauh dari keluarga membuat hidup bak sebatang kara. Apalagi mereka tinggal di lingkungan yang mempunyai latar belakang dan adat istiadat yang jauh berbeda. Bagi saya ketika awal bualn puasa perasaaan kesendirian bercampur kerinduan yang mendalam, terbayang oleh saya, beragam keindahan berpuasa di tanah air bersama keluarga. Saat-saat membantu ibunda membuat makanan untuk keperluan berbuka puasa. Saat-saat membantu ibunda menanak nasi, membuat kolak, sampai menyiapkan makan. Bayangan tinggal bayangan, keinginan pun tinggal keinginan. Inilah memori dan persaan sewaktu berpuasa di Malaysia

Di negara jiran, Malaysia, Ramadhan selalu disambut antusias. Namun, tidak ada sesuatu yang berlebihan. Biasa saja. Fenomena yang menonjol justru terletak pada semangat manusianya yang berlomba-lomba dalam kebaikan. Khususnya dalam memberi makan, sedekah, dan menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Selama dua tahun di Malaysia, bagi saya Ramadhan benar-benar bulan penuh berkah. Di berbagai lokasi, banyak tenda tempat untuk berbuka puasa. Jangan tanya bagaimana di masjid-masjid. Itu sudah menjadi kebiasaan umum.


Ketika saya menyiapkan makanan untuk berbuka bisa saya pergi ke pasar Ramadhan yang jaraknya tak jauh dari rumah tempat tingal saya, ketika berbicara tentang Pasar Ramadhan, setiap orang ada pendapat atau pandangan masing - masing. Biasanya kalau pergi ke Pasar Ramadhan, terdapat macam - macam makanan dan minuman ada. Ramadhan di Malaysia. Apa kelainan yang ada bila kita mengunjungi negara Malaysia di bulan ramadhan berbanding kunjungan di bulan-bulan lainnya? Jawabannya adalah Pasar Ramadhan. Pasar Ramadhan adalah pasar yang menjual makanan, atau kue-kue dan minuman khas untuk persiapan berbuka puasa. Biasanya pasar ini bertapak di lokasi-lokasi tertentu. Selalunya pasar ini dibuka selama sebulan penuh. kemeriahannya biasanya berlangsung pada awal bulan saat orang datang beramai-ramai dengan semangat membeli yang masih tinggi.

Pembeli akan berkurangan pada minggu terakhir karena sebahagian besar dari mereka mulai 'balik kampung' atau mudik untuk merayakan lebaran. Zaman sekarang dimana ramai pasangan suami isteri bekerja, adanya pasar ramadhan memudahkan para isteri menyiapkan hidangan berbuka puasa tanpa perlu bersusah-susah memikirkan menu harian. Semua tinggal lihat, pilih dan tunjuk. Biasanya karena 'lapar mata' dan main tunjuk inilah, terkadang pembaziran kerap berlaku. Pada saat jualan sudah penuh tersedia di atas meja dan waktu berbuka puasa tiba, barulah kita sadar bahwa makanan yang dibeli sesungguhnya melebihi kapasitas perut seisi keluarga. Seperti kita juga, orang melayu ini suka makan.... Berbagai pilihan makanan tradisional ditawarkan untuk pembuka selera ketika berbuka puasa.

Seawal pukul 4 sore (maghrib pukul 7:20 malam) para penjual telah menyiapkan tenda kecil untuk menjajakan makanan berbagai aneka kue mereka. Pilihan yang ada dimasak dengan berbagai cara mulai dari panggang-memanggang, goreng-menggoreng, kukus-mengukus ataupun rebus-merebus. Kesemua ini tentunya tidak akan membosankan selera lidah kita. Berbagai jenis bubur, nasi, bakmi, kue dan aneka minuman tersedia untuk mengubah selera pelanggan setiap hari.

Sebaik-baiknya adalah makanan yang tidak dimasak diatas api, seperti kurma. Ada berbagai pilihan kurma yang siap didatangkan dari luar negara seperti Iran, Turki, Maroko, Arab Saudi dan negara di timur tengah lainnya, jenis tekstur dan rasa. Untuk tidak mengejutkan sistem penghadaman (pencernaan) perut kita, sebaiknya berbuka dengan makanan yang bertekstur lembut. bubu adalah antara pilihan yang bisa kita jumpai, seperti bubur kacang hijau, pulut (ketan) hitam, bubur caca, pengat (kolak) pisang, bubur sagu, pengat labu dan banyak lagi. Masing-masing siap dikemas dalam tupperware dan dijual dengan harga RM 1.00 (sekitar Rp 2500,-)

Kata kawan tiada ramadhan tanpa Bubur lambuk. Bubur ini adalah bubur nasi yang dimasak dengan santan. Dimasukkan daging yang telah dipotong halus-halus (tipis-tipis kali ya bahasa Indonesiannya hehehe...) dan campuran udang kering (ebi). Bubur lambuk ini biasanya menjadi pilihan untuk dihidangkan pada acara berbuka puasa di surau, mesjid atau dibahagikan secara percuma (gratis) setelah dimasak beramai-ramai oleh penduduk setempat di kawasan yang setikat RT/RW di Indonesia


Minuman berbagai rasa dan warna, ataupun jus buah (fruit juice) tidak ketinggalan menyerikan pasar Ramadhan 'bulan terbaik dari 1000 bulan' ini. Mulai dari air tebu, air barli, air soya, air jagung, air kelapa muda dan banyak lagi menjadi pilihan untuk melepas dahaga saat berbuka. Popia Banjar adalah satu dari puluhan panganan yang menjadi tumpuan ramai untuk dinikmati. Sebetulnya ini hanyalah lumpia goreng yang siap disiram dengan 'cili sos'. Rasa saosnya manis-manis pedas. Karena 'ramping'nya lumpia goreng ini, harganyapun hanya 'Tiga seringgit'. Maksudnya tiga buah lumpia harganya RM1.00. Bukan 'Seringgit tiga' ! Sebab, ini artinya RM1.30 atau seringgit tigapuluh sen.

Penganan lain seperti Ketayap (dadar enten), Kue Lapis (warna merah-putih), Serimuka (warna hijau-putih), Kue Talam (warna coklat-putih), kue Buah Melaka (klepon), Tahu Sumbat (tahu isi -tauge, timun dan wortel dihiris korek api dimakan dengan cili sos-), kue Tepung Pelita (warna putih-hijau dalam takir), ataupun agar-agar dengan berbagai warna dan perisa turut memeriahkan pesta makanan di pasar ramadhan.

Perut orang melayu rasanya tidak afdol kalau belum terisi nasi. Dari Nasi Lemak (warna putih santan), Nasi Ayam (warna kekuningan), Nasi Tomato (warna kemerahan), Nasi Kerabu (warna kebiruan), Nasi Dagang (warna berbintik kecoklatan) ataupun Nasi Pecel Indonesia tidak ketinggalan ikut mengambil bahagian Semua tersedia, pilihan terpulang kepada pelanggan (pembeli). Nasi Dagang dan Nasi Kerabu adalah makanan tradisional dari Kelantan. Yang menarik dari Nasi Kerabu adalah ketika ditanak nasi dicampur dengan pewarna sehingga menghasilkan warna kebiruan. Di negeri asalnya, biasanya warna kebiruan ini dihasilkan dari perahan air yang dicampur bunga berwarna ungu. Lazimnya dimakan dengan beberapa jenis lauk seperti pada Nasi Campur.

Bila kita menyebut ketupat di Malaysia maka yang terhidang adalah ketupat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun nipah dan berbentuk segitiga. Biasanya dihidangkan pada waktu lebaran dimakan dengan kari daging atau rendang. Selain sate ayam ada juga pilihan sate dagin Maksudnya daging lembu. Untuk pengetahuan anda, orang melayu tidak menyebut daging sapi.

Untuk anak-anak, roti John adalah pilihan mereka. Ini adalah roti yang panjangnya 40cm. Isinya lebih kurang sama dengan isi martabak telur di Indonesia. Dijual dengan harga RM3.00 roti ini benar-benar mengenyangkan. Selain Roti John ada juga Roti Jala, Roti Boom, Roti Kebab dan Roti Canai. Roti Canai dan Nasi Lemak (nasi uduk) boleh dikatakan adalah suatu 'keharusan' bagi orang Malaysia untuk menu sarapan pagi mereka bila ramadhan berakhir. Roti Canai sebenarnya sama dengan kulit martabak telur di Indonesia. Biasanya dihidang dengan sambal tumis ikan bilis, dan kuah kari ayam. murtabak atau martabak dalam bahasa melayu adalah yang paling laris dijual. Ada dua pilihan untuk intinya yaitu ayam atau daging. Harga RM 2.00 untuk setiap keping bisa dibeli dengan ukuran setengah dari martabak kita. karena asal makanan ini dari India maka rasanyapun lebih berrempah.


Tradisi pasar Ramadhan di Malaysia ternyata menarik sebagian warga yang tinggal di sekiratan lokasi, merak mendatangi pasar Ramadhan itu untuk berbelanja makanan berbuka ada juga yang datang hanya untuk melihat-lihat atua dan yang datang untuk mencari suasana baru selama bulan Ramadhan, pengunjung pasar ramadhan ini juga berasal dari orang-orang dari luar kompleks hentian kajang. Pasar Ramadhan ini di buka sejak pukul 15:00 sampai masuk pada berbuka. Pasar Ramadhan ala Malaysia ini tidak ubahnya seperti sebuah pasar tetapi bukan dalam bentuk bangunan yang permanen Pasar yang bersifat sementara atau sengaja dibentuk terutama di kawasan atau daerah yang berdekatan dengan kompleks perumahan.

Bagi orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Malaysia baik sebagai
mahasiswa, pedagang maupun sebagai tenaga kerja, pasar Ramhdan bukanlah
satu hal yang asing lagi karena di Indonesia juga banyak pasar Ramadhan yang ditumbuhkan selama bulan Ramadhan. Di sebalik semaraknya kegiatan pasar Ramadhan di Malaysia, mungkin pengunjung banyak yang tidak tahu, bahwa sebahagian besar dari mereka yang berjualan itu adalah berasal dari Minangkabau atau disebut orang
Padang. Walaupun kadang-kadang mereka berbahasa Melayu tetapi logat dan
perilaku mereka tidak dapat menutupi "gaya minangnya.

Yang jelas, pasar Ramadhan mendatangkan rezeki bagi banyak warga Malaysia, karena pasar Ramadhan membuka kesempatan kerja bagi mereka. Pendapatannya pedagang di pasar Ramadhan bisa mendapat 5.000 ringgit pada bulan Ramadhan. Di pasar Ramadhan, bisnis juice buah segar menjadi salah satu bisnis yang banyak dijumpai di pasar-pasar Ramadhan di Malaysia. Juice buah mulai dari yang kalengan sampai juice buah segar, termasuk cendol dan air kelapa menjadi penawar dahaga yang paling diminati Muslim Malaysia setelah seharian berpuasa. Yang paling banyak diminati, kata seorang penjual, adalah sari air kelapa segar

Jadi..... Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Hindarilah mendapat masalah dengan makan dan minum di siang hari di tempat umum bila berkunjung ke Malaysia di bulan puasa.

Rabu, 26 Agustus 2009

Orang Bugis dan Bahasa Melayu

ORANG Bugis mulai melakukan migrasi besar-besaran gelombang pertama pada tahun 1667. Di perantauan mereka berbicara dengan bahasa Melayu. 261 tahun setelah peristiwa besar itu, bahasa Melayu diadaptasi menjadi Bahasa Indonesia dan menjadi unsur terpenting nasionalisme Indonesia.

Tulisan ini memuat intisari penelitian dua pakar linguistik, James T Collins dari Center for Southeast Asian Studies, Northern Illinois University,Amerika, dan Sukardi Gau dari Balai Bahasa Jayapura dan Institut Alam dan Tamadun (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Keduanya diundang untuk memaparkan hasil-hasil penelitian tentang persebaran bahasa Melayu di Indonesia bagian timur dalam Seminar Internasional Kemelayuan di Indonesia Timur, di Gedung IPTEKS Unhas, Tamalanrea, Makassar, Minggu (12/10).

Kajian mengenai keberadaan bahasa Melayu di Indonesia timur terabaikan. Banyak pengkaji sejarah bahasa melihat produk kebudayaan Melayu itu tidak memiliki jejak sedikit pun di Indonesia timur, termasuk Sulawesi. Melayu dianggap hanya berakar di Sumatera dan semenajung Malaka. "Nnusantara timur (demikian sebutan Collins untuk Indonesia timur), sudah lama terkait dengan sistem perdagangan global. Pedagang dari wilayah ini memasok bahan rempah-rempah di pasaran dunia terutama di Cina, India dan eropa," kata Collins.

Dalam proses perdagangan inilah bahasa Melayu digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa Melayu di Indonesia timur ini kemungkianan berasal dari wilayah Kalimantan yang digunakan sebagai wahana dalam konteks keberagaman dan perdagangan internasional. Menurut Collins, titik permulaan penggunaan bahasa Melayu di Indonesia timur ini belum dapat dipastikan waktunya. Tetapi sejak kapal asing masuk di nusantara sekitar abad ke-16, masyarakat nusantara timur sudah bertutur dalam bahasa Melayu.

Senada dengan Collins, Sukardi juga tidak dapat menandai titik awal penggunaan bahasa Melayu di Indonesia timur. Yang ia kaji adalah adaperan besar orang Bugis (juga Makassar) dalam penyebarannya. Titik awalnya adalah migrasi pascapergolakan politik tahun 1667. "Pergolakan itu adalah peperangan antara Kerjaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dengan Belanda. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Gowa yang ditandai dengan Perjanjian Bungaya, 18 November 1667," katanya.

Perjanjian itu ditulis dalam dua bahasa. Bahasa Belanda untuk para pejabat dan opsir Belanda dan bahasa Melayu untuk Sultan Hasanuddin dan pasukannya. Ini membuktikan bahasa Melayu telah menjadi bahasa di Sulawesi bagian Selatan saat itu.

Orang Bugis yang memilih pergi merantau saat itu memilih bekerja sebagai pedagang serta menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari. kedua penyebaran bahasa Melayu ke arah timur Indonesia terjadi saat migrasi secara besar-besaran ke Papua. Bermula sejak penyerahan Irian Jaya (nama Papua saat itu) dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RI. Pemerintah saat itu menggalakkan program transmigrasi.

Migrasi orang Bugis membawa identitas hidup pallaonruma (petani), pakkaja (nelayan), dan passompe (pelaut pedagang). Passompe ini kebayakan menjadi saudagar yang berusaha di bidang ekspor dan impor. Mereka berdagang antarpulau ke pulau satu musim. Apabila datang musim timo (kemarau), mereka berlayar ke arah barat dan jika sudah datang musim bare' (hujan) mereka pulang ke kampungnya.

Mereka berlayar dari perairan Sulawesi sampai Laut Arafura. Motivasi masyarakat Bugis ke Papua adalah mencari sumber penghidupan. Alasan ini menjadi lebih kuat setelah Indonesia mengalami kemerosotan ekonomi tahun 1963 atau saat pemerintahan Presiden Soekarno.

Mereka memanfaatkan nilai tukar uang setelah Indonesia mengalami inflasi pada tahun 1962 dan 1968. Nilai mata uang rupiah di Papua saat itu relatif tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di luar Papua.Orang Bugis di Papua ini mengalami perkembangan pesat, mereka kemudian menetap dan membentuk komunitas. Dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan dua bahasa (bilingual), yaitu bahasa Bugis untuk sesama orang Bugis, dan bahasa Melayu kepada masyarakat pribumi.

Meskipun banyak pedagang dari pulau lain ke Papua, namun komunitas Bugis lah yang banyak menetap di Papua. Akibatnya bahasa Melayu melekat dan berasimilasi dengan bahasa Papua, yang dikenal dengan bahasa Melayu-Papua.

Kini jejak-jejak bahasa Melayu dapat dilihat di sepanjang rute migrasi, di Pulau Sulawesi dan Maluku. Misalnya saja adanya dialek Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Maluku tengah melaui teks buku keagamaan baik itu agama Islam maupun Kristen. Selain itu terdapat juga manuskrip yang ditulis pada abad ke-17 dalam bahasa Melayu, di antaranya, Hikayat Tanah Hitu, Hikayat Nabi Musa, dan Hikayat Nabi Yusuf. Karya-karya ini tersohor di seantero nusantara pada waktu itu.

Di masa ini lahir sastrawan-sastrawan Melayu dari Makassar dan Ambon, seperti Encik Amin pencipta naskah Syair Perang Mangkasara dan Imam Rijali. Temuan ini menunjukkan, masyarakat Makassar dan Ambon sudah menggunakan bahasa Melayu sejak abad ke-17.

Makassar Punya Cerita

Lingkungan Alam dan Pantang Larangan


membosankanlah hal itu bagi anak-anak. Di kota-kota, anak-anak sudah tidak mempunyai peluang lagi untuk mengumpulkan pengalaman-pengalaman, yang bagi anak-anak yang berada di luar kota merupakan hal biasa yang sehari-hari dijumpai. Berjalan-jalan menerobos rumput setinggi lutut, memanjat pohon dan memetik buah, berjungkir-jungkir menuruni bukit atau menyelusuri sebuah sungai kecil.

Anak-anak yang tinggal di desa, dalam hal ini boleh dikatakan lebih mujur. Alam telah membantu mereka. Padang yang luas, sungai-sungai dan bukit-bukit serta semak belukar di sekeliling mereka merupakan arena bermain yang tidak terbatas. Dan kalau kita perhatikan apa yang bisa mereka lakukan dengan semua itu, alangkah beraneka- ragamnya! Mereka ciptakan sendiri caranya, situasi dan alat-alatnya dari yang terdapat di sana. Tetapi bagaimana dengan anak-anak yang tinggal di kota? Keadaannya memang jauh berbeda. Tanah yang hampir setiap jengkal dipergunakan sebagai tempat tinggal, sudah barang tentu memperkecil kesempatan bagi mereka untuk bermain sebebas-bebasnya. Belum lagi situasi lalu-lintas yang ramai yang menjadi penghalang bagi mereka untuk lebih merasa aman bermain.

Manusia dan lingkungan boleh dikatakan memiliki sifat-sifat yang kurang lebih sama, yakni hidup, berkembang dan berfungsi. Hubungan dan pengaruh yang saling berkaitan antara kedua 'jasad alam' itu menimbulkan dampak-dampak, baik yang positif maupun yang negatif. Tetapi yang jelas, dampak positif yang sangat diharapkan dapat membantu kelangsungan hidup secara nyaman, aman dan tentram menuntut adanya tanggung jawab akan pemeliharaan demi kelestarian alam secara keseluruhan.

Sambil berjalan-jalan kita dapat menerangkan segala sesuatu kepada anak terutama hubungannya dengan kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Anak harus diberitahu, bahwa sebatang pohon itu bisa berasal dari sebuah biji yang cukup matang dan tua. Setelah anak mengerti tentang kebutuhan hidup setiap makhluk dan hubungannya satu sama lain, kita dapat meningkatkan pengetahuannya tentang di mana binatang atau tumbuhan itu bisa hidup.


Coba, sesekali kita belajar kepada orang tua tempo dulu. Logika yang dipakai
oleh orang tua tempo dulu dalam mengelola lingkungan memang sederhana yaitu
"pantrangan" (larangan). Kata orang tua dulu, ketika masyarakat mau membuka
hutan sebagai lahan pertanian, mereka melakukannya dengan penuh hati-hati.Misal penebangan pohon tidak dilakukan dengan semena-mena, mereka beranggapan jika pohon ditebang habis tanpa menyisakannya, maka arwah-arwah nenek moyang mereka yang mendiami pohon akan marah (logika yang tidak masuk akal. Lalu masyarakat dilarang untuk mengambil batu-batu dibantaran sungai. Lagi-lagi ini pantrangan yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat. Orang tua tempo dulu beranggapan jika mengambil batu di bantaran sungai, maka arwah nenek moyang mereka akan marah, sebab batu-batu yang ada di bantaran sungai tempat duduk arwah dalam menjaga keselamatan masyarakat. Begitupun pantrangan untuk menebang pohon di hulu sungai, sebab menurut orang tua tempo dulu bahwa hulu sungai merupakan tempat para roh leluhur berkumpul. Dan jika ada yang menebang pohon dihulu sungai, maka arwah nenek moyang mereka akan marah dengan mengirimkan air bah yang besar.

Logika yang sederhana yang dikaitkan dengan kepercayaan yang dianut, kalau kita
telusuri makna pantrangan bagi orang tua tempo dulu itu, ternyata pantrangan itu merupakan sebuah philosopy yang harus kita ambil manfaatnya. Philosopy orang tua tempo dulu secara tidak langsung mengajarkan kepada kita bagaimana mengelola alam itu dan ini merupakan penjewantahan dari pemeliharaan ekosistem lingkungan hidup Pantrangan menebang hutan di hulu sungai dan pembukaan hutan oleh orang tua tempo dulu sebagai lahan pertanian tidak ditebang habis, ini mengisyaratkan agar tidak terjadi penggerusan air hujan (erosi. Begitupun larangan mengambil batu di bantaran sungai inipun mengisyaratkan agar bantaran sungaipun jangan sampai tergerus habis ketika datang musim banjir.

Ada lagi kasus pantrangan dari orang tua tempo dulu yaitu makan tunggir ayam. Kata orang tua tempo dulu anak kecil dilarang makan tunggir sebab "famali". Tahukah anda tunggir ayam ? Tunggir ayam yaitu pantat ayam (bukan lobang anus) yaitu ekor ayam. Kalau kita coba untuk memakannya ternyata memang enak, rasanya gurih penuh dengan lemak. Kenapa orang tua tempo dulu melarang anak-anak untuk makan tunggir ayam? Jelas orang tua tempo dulu ini termasuk orang rakus dan pelit.(masa anak-anaknya dilarang makan yang enak).

Selain itu ada pantrangan dari orang tua tempo dulu yaitu dilarang duduk diatas
meja, lagi-lagi famali. Ternyata kalau kita simak, ternyata bukan hanya sekedar
famali, sebab meja bukan tempat alas duduk, dan tidak pantas kalau kita duduk
diatas meja. Atau mungkin meja tersebut reot, jika diduduki takutnya rubuh dan
mendatangkan celaka.

Selasa, 25 Agustus 2009

ASIDA


ketika puasa hari ketiga saya diundang ole kawan untuk berbuka puasa bersama pada jam 06:30 saya di jemput oleh kawan dengan mengunakan mobil proton (mobil buatan Malaysia) kami terus menuju bandar baru Bangi dan kali ini kami tak pergi ke kedai makan (rumah Makan) seperti dua hari yang lalu. Kali ini kami menuju sebuah bagunan flat, disana telah menati kehadirian kami kawan-kawan yang lain, kami pun bercanda gurau sambil menungu datangnya saat berbuka.

Di antara kawan-kawan yang berasal dari Indonesia ada juga seorang kawan yang berasal dari Tunisia. Disinilah hal yang menarik membuat saya teringat akan makanan andalan saya sewaktu berbuka Asida namanya. Saat datanya buka kami disajikan dengan asida khas Tunisia, sayapun bertanya-tanya apa nama makanan ini kata kawanku asida namanya. Kawan yang berasal dari Tunisia itu pun bercerita tentang Asida sebagain makanan bagi muslim Tunisia, dalam menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw tak hanya diperingati dengan upacara keagamaan biasa serta pembacaan sirah nabawiyah, syair al Barzanzi atau Dibai seperti dalam syair di atas. Tetapi juga dimeriahkan dengan adanya assida, bubur manis dan lezat khas Tunis yang hanya diproduksi pada bulan Mulud.

Sejak penghujung bulan Safar, tanda-tanda perayaan maulid sudah nampak. Assida pun mulai mengisi pojok-pojok toko dan super market. Asida adalah bubur berwarna hitam dilapisir krem dan ditaburi berbagai jenis kacang-kacangan, seperti noisette, amande dan lain-lain. Bahannya utamanya adalah zagugu – sejenis tepung gandum khas Arab - gula pasir dan air. Untuk lapisan kremnya ada susu, kuning telur, vanili dan maizena.

Di kafe-kafe gaul kota Tunis, assida juga tersedia. Jadi teman minum kopi sambil duduk santai di tengah eksotisme kota. Di kafe-kafe, satu mangkok kecil assida biasa dijual seharga 1,5 Dinar atau sekitar 12 ribu rupiah. Kadang ada yang lebih mahal. Bagi yang hendak bikin sendiri di rumah, biji zagugu dan kacang-kacangan itu juga tersedia di toko-toko. Selain mengkonsumsi assida, umat Islam Tunisia juga biasa mengkhitan puteranya pada bulan Mulud. Barangkali untuk berharap berkah yang lebih. Acara khitanan massal pun digelar di banyak tempat.

Asida ('asīda) (bahasa Arab: عصيدة) adalah hidangan Arab terdiri dari tepung gandum yang dimasak gumpalan adonan. Hal ini mirip dengan bubur. Asida merupakan makan di seluruh dunia Arab, dari negara-negara Arab Teluk Persia ke Afrika Utara. Asida dimakan dengan mengunakan tangan di timur tengah, tanpa menggunakan perkakas. Hal ini sering disajikan pada hari libur, seperti Maulid, dan perayaan. Hidangan ini merupakan hidangan sederhana namun kompleks. Di Timur Tengah asida adalah makanan tradisional sebagai sarapan di pagi hari ada juga asida sebagai makanan ringan yang mengiurkan dim lam hari.

Saat posting ini dimuat kenanga tentang ibuku yang membuat asida untuk berbuka selalu beyangang Kebiasaan ibuku adalah minum kopi sore dan biasanya kopi sore hari yang diminum itu harus ada ‘temannya’ apakah pisang goreng, panekoek atau apa saja yang penting ada temannya. Nah di saat bulan puasa seperti saat ini, teman minum kopi jadi sedikit berubah dikala berbuka puasa, hehehheheh jadi teringat kembali masa-masa yang bahagia di desa kelahirannya, sebuah desa kecil di Kebupaten Beram Bagian Barat. selama bulan puasa, pada saat berbuka selalu asida menjadi menu utama kue asida ini sangat terkenal di Maluku walaupun asida merupakan makanan khas orang timur tengah tetapi juga menjadi paforit warga Maluku.























Di kota Ambon apabila bulan ramadha tiba begitu banyak tenda-tenda yang di pasang disekitaran desa Batu Merah dan depan Mesjid Al Fatah Aneka kue, asinan, hingga lontong sayur terhampar. Tak ketinggalan makanan khas selama puasa: aneka kolak. Beragam makanan nan menggoda itu dijual di pasar ramadhan di sepanjang desa Batu Merah dan depan Mesjid Raya Alfata Ambon. Aneka makanan yang dijual di pasar Ramadan ini cukup beragam. Aneka kolak hingga lauk untuk buka puasa tersedia mulai. Pasar ramadhan ini cukup membantu ibu-ibu yang tak sempat memasak juga para anak kos. Bukan hanya pembeli yang diuntungkan. Pedagang juga bersyukur bisa mendapat penghasilan tambahan untuk ber-Lebaran. Berkah Ramadhan dari pasar ini juga dirasakan juru parkir dan tukang ojek. Sayangnya pasar ini menimbulkan kemacetan. Tak ada satupun polisi yang datang mengatur lalu lintas.

Sementara itu di Ambon, Maluku, terdapat salah satu Kampung Ramadhan atau Kampung Kue yang berada di Lorong Waliulu, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau. Dijuluki kampung kue karena dikawasan ini seluruh warganya terlibat dalam mengerjakan makanan yang dijual untuk panganan buka puasa saat Ramadhan. Setiap Ramadan, kampung ini ramai dikunjungi orang. Mereka umumnya mencari kue untuk dibeli sebagai menu berbuka puasa. Kue yang dijual mulai dari Asida, makanan favorit warga Kota Ambon, hingga kue tar atau biasa disebut sebagai kue yahudi. Entah kenapa sampai di juluki kue Yahudi. Tapi yang lebih penting, menurut warga, kue Yahudi memiliki khas tersendiri serta cukup enak. Wajar, jika kue Yahudi selalu diserbu warga sebagai makanan utama buka puasa Walau harganya cukup mahal,Rp 2.500 per potong.
Sayangnya, kue ini hanya dijual ketika Ramadhan. Berbagai jenis kue mulai dijual dari pukul 11.00 WIT. Dalam waktu tiga jam, kue-kue ini habis terjual.

Apabila kue yahudi habis masi ada asidah bro……….yang juga penganan khas Ambon. Konon makanan mirip jenang atau dodol, tetapi lebih kenyal ini, dibawa oleh orang Arab yang kini banyak yang menetap di kawasan Batumerah. Asidah pun kemudian identik dengan Batumerah karena rasanya tak kalah enak dibandingkan dengan kue yahudi.
Resep asidah sudah bukan rahasia bagi masyarakat Ambon. Asidah mudah dijumpai di setiap pasar ramadhan seperti di Batumerah dan di depan Masjid Al Fatah.

Asidah dibuat dari tepung terigu dan gula kelapa. Adonan berwarna coklat ini dicetak dalam mangkuk kecil. Karena itu, bentuknya seperti kubah dengan cerukan kecil di tengahnya. Di atasnya ditaburi gula pasir halus, kayu manis, mentega cair, dan biji gardamon yang didatangkan dari tanah Arab. Setiap sendok asidah juga terasa lembut di mulut. Cara memakannya, asidah cukup ditekan dengan lidah ke dinding atas mulut dan selanjutnya akan mengalir dengan sendiri ke perut. Taburan gardamon di asidah menyebarkan aroma yang mirip eucalyptus dengan rasa sedikit pedas dan segar. Biji gardamon seperti itu biasanya dikunyah untuk menyegarkan aroma mulut. Kelembutan asidah pun bagus untuk mengisi perut yang kosong. Di samping rasanya manis, juga baik untuk mengembalikan energi tubuh setelah berpuasa. Setiap bungkus asidah bisa diperoleh dengan dua lembar uang seribu rupiah. Jika disimpan dalam lemari es, asidah terasa lebih nikmat saat disantap. "Asidah bisa juga untuk oleh- oleh lo karena bisa tahan dua hari.

Minggu, 23 Agustus 2009

Tradisi Lisan yang terlupakan

Sejarah tinta seng bisa bicara, tapi kapata bisa carita
hancurkan tirai kusut dan tua sioo nusa ina bukti sejarah
sombar waringin dari nunu saku tifa murkele game dong bale
hutan dan rimba suda babunga tahuri babunyi diujung binaya
siooo basudara yang satu darah ana cucu siwa lima katong buka suara
pombo putih kapata damai. Seisi bahtera bersuka ria sinar
sejarah damaikan Maluku siooo basudara yang satu darah
nusa ina tu rumah tua nunu siwa lima ooo pombo putih kapata damai
seisi bahtera bersuska ria tahuri babunyi di gunung binaya
Sinar sejarah damaikan Maluku.

Sepengal syair lagu SATU DARA yang dilantungkan oleh MAINORO sekumpulan anak Maluku, ketika termenung saya selalu menikmati dan menghayati isi yang terkandung dalam bait demi bait lantuana syair lagu ini. Sekiranya yang saya dapat dari lagu ini adalah Suatu cerita yang diyakini benar adanya oleh suatu kelompok masyarakat tertentu yang berhubungan dengan jati diri dan identitas masyarakat itu yang dapat saja hadir dengan versi-versi yang berbeda dalam kalangan masyrakat Maluku khususnya masyarakat Maluku Tengah.

Ketika duduk di sampaing nenek sambil menikmati cahaya rembulan, merupakan kenangan manis masa kecil dengan dongen dan febal yang diceritakan padaku. Suatu kata berhikmah selalu mengawali cerita" cerita ini bohong cucu" tapi nenek tidak bohong padamu" lantas sang nenek bercerita tentang binatang-binatang yang bisa bercerita, mulai dari burung yang mendendangkan syair yang begitu syadu, sampai pada sang pahlawan yang gagah berani. Semua itu sang nenek menceritakannya sambil mengajak cucucnya memandang rembulan melalu sela dedaunan, seakan sebuah eksplorasi penyadaran image-visi-sikap bahwa kita punya negeri, Istimewahnya, usapan lembut tangan nenek terasa mengalirkan kehangatan tiada henti. Dengan logika pendek, agaknya binatang yang bicara sang pahalawan dengan kepala naga yang berkuasa memeng Cuma sebuah kebohonga.

Sungguh aku tidak pernah memahami tentang arti kebohongan yang tidak bohong, sampai sekian puluh tahun berlalu, ketika sang cucu kini menjadi seorang perantau, baruhlah sadar bahwa yang tidak bohong itu adalah nilai kebenaran dalam bentuk ungkapan filosofi serta ketulusan nurani kasih-sayang. Sebab hanya nenek yang punya ksih-sayanglah yang punya waktu untuk berbagi rasa. Tidak pernah kuduga, jika semua itu akan ikut membentuk kepribadianku sebagai anak di Nusantara, melalui itu pula saya mengenal anak yang lain di persada Nusantara.

Sepengal kenangan di atas memberikan gambaran betapa sastra lisan dapat berfungsi sebagai media pendidika. Kendati dudah melampaui bulan dan tahun, namun syair-syair indah yang diungkapkan sang nenek dengan nilai budayanya yang kain mengakar, begitu kuat terukir dihati, sastra lisan sebenarnya suda terpihakan dari kehidupan leluhur pada masa lampau.

Syair di atas dapat diarti juga sebagai sastra lisan karena ungkapan yang didalamnya terdapat unsur-unsur cerita lisan,seperti yang diungkapkan Sumardjo (1979:30) Karya sastra adalah ungkapan pikiran dan perasaan seseorang pengarang dalam usahanya untuk menghayati kejadian-kejadian yang ada disekitarnya, baik yang dialaminya maupun yang terjadi pada orang lain pada kelompok masyarakatnya. Hasil imajinasi pengarang tersebut dituang ke dalam bentuk karya sastra untuk dihidangkan kepada masyarakat pembaca untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan. Dengan demikian karya sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong atau khayalan yang sifatnya sekedaer menghibur saja tetapi melalui karya sastra dihidupapkan lebih arif dan bijaksana dalam bertindak dan berpikir karena pada karya sastra selalu berisi masalah kehidupan manusia nyata. Jadi tidak salah dikatakan bahwa karya sastra adalah cermin kehidupan masyarakat.

Sastra masyarakat adalah salah satu bentuk seni dan tradisi masyarakat lokal yang cukup tua, dituturkan dari generasi ke generasi dan pengarangya tidak di kenal. Sastra yang ada pada masyarakat lokal sangat banyak ragamnya. Ada yang ditulis dan ada yang dituturkan, ada yang dinyanyikan dengan alat musik ada pula tanpa alat musik. Cerita dan puisi tradisional masyarakat lokal pada umumnya memuat tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan, keberania, kepahlawanan, kejadia-kejadian alam, kisah raja-raja dan cerita binatang. Didalam terkandung unsur contoh-contoh kehidupan manusia masa lalu, sikap mental, keberania,kepahlawanan, kepadain, kepatuhan yang yang ingin ditanamkan kepada pribadi anak.

Banyak cerita dan puisi yang telah membudaya dan telah menjadi milik masyarakat banyak diantara sastra Latu tradisional yang serbah indah dan unik, tetapi sayangn keindahan itu telah menuju kepada kepunahan yang terjadi karena makin berkurangnya seniman dan penikmatnya, Pada saat sekarang perhatian masyarakat di desa Latu terhadap kesusastraaan lisan sudah kurang diminati. Cerita lisan yang pada masyarakat tradisional sangat besar perannya untuk memberikan pengajaran dan penghiburan agaknya sudah tergeser posisinya oleh masuknya sarana hiburan modern.

Tradisi lisan, sejarah lisan, dan sejarah local Sebagai bagian dari kelisanan, sejarah lisan memiliki karakter yang berbeda dengan tradisi lisan. Sejarah lisan dimaksudkan memberi kebenaran” sejarah seperti yang dituturkan oleh para pelakunya atau oleh pihak-pihak yang (merasa) mempunyai pengalaman sejarah yang bersangkutan. Tradisi lisan tidak harus memiliki “beban” semacam itu karena penutur dapat berkilah dengan mengatakan, “kisah ini didapatkan dari leluhur saya dan mohon maaf bila terdapat kesalahan karena patik sekedar menuturkan kembali.” Proses pewarisan yang telah berjalan secara turun-temurun dan adanya interaksi langsung antara penutur dan masyarakatnya / penontonnya merupakan dua hal pokok dalam proses penciptaan tradisi lisan. Kedua hal ini akan dibicarakan lebih lanjut di bawah ini, tetapi sebelumnya perlu kiranya melihat benang merah di antara sejarah lisan dan tradisi lisan, yaitu konsep mengenai “kelisana"

Dalam khazanah kesusastraan Melayu kuno, tradisi sastra lisan, baik yang berbentuk syair maupun prosa, merupakan corak kekhasan tersendiri yang terbangun melalui relasi lajur sejarah yang panjang. Satu tradisi dari bangsa Yunan (China) yang diyakini sebagai nenek moyang bangsa Indonesia, dan satu tradisi dari ranah India ketika ajaran Hindu-Buddha menjadi sistem kepercayaan utama masyarakat, ditambah oleh sumbangan tradisi Arab-Islam yang disebarkan oleh para musafir Timur Tengah, tak pelak menjadi unsur sejarah teramunya corak kekhasan tradisi sastra lisan bangsa Indonesia yang asli.

Di dalam tiga tradisi yang berbeda tersebut, secara simultan meniscayakan terjadinya dialektika budaya yang diharapkan saling mengisi dan melengkapi. Ekpresi estetik tradisi sastra lisan Indonesia dalam bentuk mantra, tembang macapat, cerita rakyat, hikayat-hikayat, atau pun syair pantun serta gurindam yang berkembang di Indonesia menjadi serangkaian manifestasi dialektika dari tiga unsur kebudayaan kuno tersebut.

Corak khas tradisi sastra lisan pada akhirnya mendapatkan tempat dan menemukan bentuknya masing-masing di tiap-tiap daerah dalam ruang etnis dan suku yang mengusung flok budaya dan adat yang berbeda-beda. Heddy Shri Ahimsa-Putra (1966) mengatakan bahwa sebagai salah satu bentuk ekspresi budaya masyarakat pemiliknya, tradisi sastra lisan tidak hanya mengandung unsur-unsur keindahan (estetik), tetapi juga mengandung berbagai informasi tentang nilai-nilai kebudayaan tradisi yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai salah satu data budaya, sastra lisan dapat diperlakukan sebagai gerbang untuk memahami salah satu atau keseluruhan unsur kebudayaan daerah yang bersangkutan.

Tradisi sastra lisan ini bertahan cukup lama dan telah menjadi semacam ekspresi estetik masyarakat dalam tiap-tiap daerah atau suku yang tersebar seantero Nusantara. Namun, ketika sebagian kalangan menganggap bahwa tradisi sastra tulis itu mempunyai nilai lebih tinggi dalam konteks ihwal pembangunan karakter bangsa yang lebih maju dan mengikuti perkembangan arus zaman, maka eksistensi tradisi lisan terlihat semakin dekaden, bahkan hampir saja punah.

Fenomena "penganaktirian" sastra lisan ini pada dasarnya tidak sejalan dengan realitas empiris sejarah yang menunjukkan bahwa sastra lisan dan sastra tulis tidak sekadar hidup berdampingan, tetapi keduanya menciptakan keterpaduan menyangkut konvensi atau struktur, baik pada genre syair maupun cerita rakyat. Sastrawan Sapardi Djoko Damono (1999) menunjukkan bahwa puisi Indonesia modern, yang notabene adalah sastra tulis, merupakan bagian urgen dari konvensi kelisanan. Bahkan, menurutnya, piranti puitis yang kini lekat menjadi idiomatis dalam puisi Indonesia modern, seperti rima, irama, metrum, aliterasi, asonansi, repetisi, paralelisme, dan onomatope, terinspirasi oleh tradisi lisan seperti pantun dan mantra.

Bertolak dari fenomena tersebut, tampaknya menjadi semacam keniscayaan bahwa tradisi lisan merupakan sumber paling utama bagi penciptaan sastra tulis. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa sastra lama sebagai penunjang berkembangnya sastra modern. Lalu yang menjadi pertanyaan, mengapa tradisi sastra lisan mesti "dianaktirikan" dari pada sastra tulis?
Persoalan ini, tidak bisa lepas dari konsepsi "kemapanan", suatu corak yang dibawa oleh modernisme. Tradisi lisan yang merupakan corak masyarakat kuno (awam), dipandang misalnya oleh Ayu Sutarto (2004) dan Daniel Dhakidae (1996), sebagai penghambat kemajuan bangsa. Supaya suatu bangsa menjadi maju seiring arus zaman, maka tradisi lisan harus diubah kepada budaya menulis, karena tradisi tulis-menulis selalu identik dengan kemajuan sebuah peradaban keilmuan. Pendapat ini menciptakan adanya tendensi "penganaktirian" dan seakan mengabaikan terhadap terjadinya suatu paralelisme dari kedua konsepsi (lisan dan tulis) yang sesungguhnya bersifat kesatuan dan keseluruhan itu. Tapi, apakah semangat pemberdayaan budaya tulis menjadi umpan-balik pengabaian terhadap tradisi lisan?

Jika kita sadari, tradisi lisan merupakan salah satu bentuk semangat, harga diri dan tradisi bangsa Indonesia. Tradisi lisan yang berkembang sebagai corak kebudayaan kita yang azali dalam dimensi dan aspek apa pun saja pada akhirnya akan mengundang decak kagum bangsa-bangsa asing, sehingga mempunyai nilai tawar yang cukup tinggi nantinya di "pasar budaya" global. Apalagi dewasa ini, di mana sekat-sekat ruang budaya tidak lagi dapat mempertahankan dirinya dari arus zaman, kehadiran tradisi sastra lisan dari berbagai banyak modelnya akan mengesankan bahwa bangsa Indonesia tidak lupa dan tidak gampang melupakan sejarah tumpah darahnya.

Selain dari pada itu, terciptanya paralelisme antara tradisi tulis dan tradisi lisan akan semakin memperkaya khazanah kesusastraan kita. Paralelisme di sini dimaksudkan sebagai kerangka konseptual yang mencoba untuk mengintegrasikan antara dua kebudayaan atau lebih. Paralelisme, dalam arti yang sebenarnya, tidak mengharapkan terciptanya konstruksi budaya baru (komodifikasi budaya) dari dua kebudayaan yang berbeda, tetapi ingin memenuhi niatan bahwa pelestarian budaya adalah hal yang niscaya untuk dilakukan.

Pelestarian tradisi sastra lisan semestinya bersanding dengan pemberdayaan tradisi sastra tulis, karena dua kebudayaan ini merepresentasikan kekayaan khazanah kesusastraan kita. Fungsi dari unsur-unsur kebudayaan ini adalah dipergunakan untuk memelihara keutuhan konstruksi dua kebudayaan tersebut, selain juga untuk memuaskan sebentuk rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri kehidupan kita yang harus disadari.

Dengan demikian, pemenuhan tujuan akan suatu kebudayaan sesungguhnya terletak pada bagaimana kebudayaan itu dapat dilestarikan sepanjang zaman. Karenanya, yang berkenaan dengan "penganaktirian" atau "penomorduaan" suatu kebudayaan daripada kebudayaan lain semestinya tidak harus ada, karena pada hakikatnya seluruh entitas kebudayaan senantiasa membentuk suatu jejaring hidup antara satu dan lainnya. Demikian juga dengan persoalan ini, bahwa tradisi sastra lisan tidak harus dipisahkan atau bahkan "dianaktirikan" dari pada tradisi sastra tulis.

Rabu, 19 Agustus 2009

Perjalanan Portugis ke Maluku


Maluku merupakan salah satu Propinsi tertua dalam sejarah Indonesia, dikenal memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Nama Maluku sendiri berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja.

Hitam manis rambut keriting, indentik dengan gambaran wajah cantik kepulauan Maluku. Provinsi ini baru saja lepas dari belenggu konflik antar agama yang panjang. Kini, Provinsi dengan Ambon mulai berbenah diri membangun kembali kegiatan wisata yang sempat terhenti, terutama di sekitar kota Ambon. Dengan luas wilayah sekitar 712.479,6 km2, Provinsi Maluku memiliki sejarah panjang akibat basil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah. Adalah para pelaut Cina yang pertama mendarat di pulau-pulau di Maluku dalam rangka perdagangan rempah-rempah pada abad ke-7. Baru pada abad ke-9, datanglah para pedagang dari Timur Tengah. Hingga abad ke-12 dan 14, secara bergantian, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Misi bangsa Portugis dipimpin oleh Bartholomeu Dias, seorang pelaut Portugis yang mendapatkan perintah dari Raja Portugis. Pada tahun 1488, Bartholomeu Dias berhasil sampai Tanjung Harapan di ujung selatan Benua Afrika. Namun ia tidak bisa melanjutkan misi perjalanan karena kerusakan kapal. Perjalanan selanjutnya dilakukan oleh Vasco da Gama yang mendarat di Calicut atau India pada tahun 1498. Dari India, pada tahun 1510, Portugis mengirim misi ekspedisi ke timur yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Pada tahun yang sama armada de Albuquerque sampai di Goa, India bagian selatan. Di Goa, de Albuquerque mendengar cerita tentang kekayaan daerah Malaka. Pada tahun 1511, Alfonso de Albuquerque bersama pasukannya menyerang Malak dan berhasil.

Dari Malaka, ekspedisi bangsa Portugis meneruskan perjalanan ke timur di bawah pimpinan Francisco Serro. Bangsa Portugis akhirnya sampai di Ternate, Maluku Utara pada tahun 1512. Setelah menguasai Malaka dan Maluku, bangsa Portugis bermaksud memperluas kekuasaannya ke Pulau Sumatera yang kaya akan lada, Namun usaha dalam merebut pulau Sumatra kurang berhasil karena terdapat Kerajaan Aceh yang mendominasi perdagangan lada di pulau Sumatra. Bangsa Portugis juga memperluas perdaganganya ke Pulau Jawa. Setelah Portugis berhasil menguasai Malaka, pada 1512 Afonso de Albuquerque. Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga kapal menuju wilayah Maluku untuk mencari rempah-rempah. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.

Pada tahun 1513, bangsa Portugis mendarat di kepulauan Ambon yang merupakan penghasil cengkeh, tempat ini sekaligus juga merupakan pintu masuk wilayah tersebut . Kemudian dibangunlah sebuah benteng Portugis berikut dengan adanya beberapa peraturan keamanan, yang dibantu oleh sekelompok pemeluk baru agama Kristen yang berfungsi pula sebagai penyangga, dimana mereka bermukim dan berpusat disekitar benteng tersebut, yang kemudian menjadi kota Ambon (ibukota propinsi Maluku yang sekarang).

Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional

Pada abad ke-16, bangsa-bangsa Eropa mulai datang dan menguasai perdagangan di Maluku. Pertama-tama Portugis, yang datang sambil mengemban misi keagamaan yang dibawa oleh Santo Fransiskus Xaverius. Baru pada abad ke-17 Belanda hadir di Maluku. Sejak itulah kisah heroik perjuangan mengusir penjajah Belanda mulai bergulir. Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya Maluku. Pengaruh Portugis di wilayah Maluku berdasarkan Sumber data dan peninggalan-peninggalan sejarah berciri Portugis sangat kuat mengakar di wilayah ini (lihat Paramita R. Abdurrachman 2008).

Dalam usaha mendapatkan rempah- rempah, bangsa Lusitania telah memusatkan perhatian mereka pertama-tama kepada kepulawan Maluku dan Banda yang merupakan pusat penghasilan cengkeh dan pala. Baru kemudian, justrus usaha monopoli, penyelundupan cengkeh dari Ternate sebagai produsen cengkeh menurun, maka cengkeh dari Pulau Seram dan Pulau Ambon lebih berarti. Dalam usaha menguasai suatu daerah di mana Portugis dapat tinggal dengan aman dan dapat berdagang dapat juga diduga sebagai factor keseimbangan terhadap kekuasaan kesultanan Ternate. Pusat perdagangan Portugis menjadikan Pulau Ambon sebagai daerah kekuasaannya, perhataian pihak Portugis bukan saja Pulau Ambon namun juga pulau-pulau di sekitaranya seperti Pulau Seram, Buru, Leasa dan pulau-pulau yang ada disekitaranya.

Peninggalan Portugis telah berkumpul di kepulawan Maluku, dalam riwayat portugis ke kepulawan Maluku terutama Ternate, Ambon-Lease dan bagian dari Tidore dan Seram, dimana pada suatu waktu telah terdapa benteng-benteng dan Bandar dagang yang menjadi pemusatan bagi Portugis. Peninggal di Pulau Ambon merupakan suatu kasus tersendiri, yang jelas dalam hubungan timbal-balik antara orang Portugis dan orang pribumi, Politik raja-raja Portugis sebagaimana yang telah diperbaharui oleh Henry Pelaut, ialah pembentukan feitoria (kota perdagangan), menghadiahkan tanah (doacao) companhia dan monopoli di Maluku yang memerlukan tenaga kerja dari pihak Portugis yang bekerja sama dengan orang pribumi untuk mengokohkan politik meraka di tanah Maluku. Raja Muda Alfonso, semasa pemerintahanya (1509-1515) menganjurkan secara tegasa, agar mereka yang turut dalam perdagangan rempah-rempah sebaiknya kawin dengan pribumi, dengan kemikina kepentinagan Portugis dapat dijami oleh orang-orang yang hatinya tetep dan tidak cepat-cepat kembali ke tanah airnya, melaikan memanam akar di negeri baru, dan kemudia nanam akar bagi kepentingan Portugis. Menurut pihak portugis kebijakan ini merupakan jalan terbaik untuk tetep mengekalkan kuasanya di Maluku

Peningalan Portugis yang bersifat sejarah atau peningalan-peningalan yang menjadi tapak tilas kejayaan Portugis di Maluku, juga terfokus kepada bahasa yang hinga kini masih digunakan pada masyarakat Maluku ( bahasa yang digunakan bukan secara umum, beberapa entri kata yang masih tersisah dan masih digunakan sebagai bahasa pinjama). Seperti beberapa contoh kata ini
Beberapa contoh Kata serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain:
Bandera(bendera): Bandeira (Portugal)
Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugal)
Pai (ayah) : Pai (Portugal)
Mai (ibu) : Mai (Portugal
Galojo (rakus) : Guloso (Portugal)
Kadera (kursi) : Cadeira (Portugal)
Kapitein (Belanda)/ Capitao (Portugal)
Marinyo (penyuluh) : Meirinho (Portugal)
Patatas (kentang) : Batatas (Portugal))
Kasbi (singkong) : Cassava (Portugal)
Testa (dahi) : Testa (Portugal)
Par (untuk) : Para (Portugal)
Marsegu (kelelawar) : Morcego (Portugal)
Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugal)
Kintal (pekarangan) : Quintal (Portugal)
Konyadu (ipar) : Cunhado (Portugal)
Capeo topi
Capatu sepetu
kadera (Ambon) = cadeira (Portugis.)
kawalo (Ambon) = cavalo (Portugis.) = kuda
panada (Ambon) = panada (Portugis.) = roti isi
tuturuga (ambo) = tartaruga (Portugis.) = penyu
tempo (tempo)
Bahasa Melayu sebagai gua franca daerah semenanjung Melaka (Malaysia), Sumatera dan pulau-pulau lainya, yaitu bahasa Melayu sudah tentu dipelajari untuk berhubungan dalam hal perdagangan mahupun sebagai bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi dengan orang-orang pribumi di Nusantara. Pada saat orang-orang Portugis sampai di Maluku, tepatnya di Pulau Ambon lingua faranca inipun ditemui di Pulau Ambon yang masyarakatnya mengunakan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi. Sementara bahasa daerah (bahasa tanah) yang digunakan di Maluku terlampau berbeda untuk dapat digunakan sebagai bahasa perantara dan dapat dikara bahwa pemasukan ide baru, baik dalam hal agama, perdagangan tidak terkecuali juga bahasa.

Pigafetta dalam buku catatanya telah membuat satu daftar kata Melayu-Italia, walaupun ejan dari kata-kata Indoensia telah menggambarkan pengaruh suatu dialek local, namun dapat disimpulkan taraf hubungan antara pendatang dan politik dalam hubungan ini terutama terdapat dalam perdagangan dan politi local agama dan kehidupan sehari-hari.sementara komunikasi antara raja-raja di Maluku dengan raja Portugis mengunakan bahasa Melayu kemudian oleh pihak portugis diterjemahkan kedalam bahasa portugis, tetapi surat menyurat antar raja pribumi dengan raja protugis diganti dengan bahasa Portugis mungkin karena Portugis telah menjadi penguasa tunggal pada saat itu. Dapat diduga hal ini karena orang Portugis berusaha untuk mengajar bahasa mereka dan karena sistim fonetik bahasa Portugis tidak terlalu sulit untuk dipelajari oleh orang-orang pribumi Maluku

Bahasa Portugis, sekitar tahun 1540 dan selanjutnya telah umum digunakan di kota Malaka, Goa, dan juga Maluku yang menjadi bahasa pengantar bagi bolongan atasan, sipil,militer, pedangan. Para sultan di Maluku dan raja-raja di Pulau Ambon (Hitu) yang melawat ke Malaka dalam berhubungan dengan benteng portugis mengunakan bahasa Portugis, dalam dokumen-dokumen portugis sultan hairun (Sultan Ternate) disebut sebagai seorang ahli bahasa dan sastra Portugis. Pengaruh bahasa Portugis terhadap masyrakat Maluku waktu itu sehinga membuat banyak pemebendaharan kata dalam bahasa portugis kedalam bahasa Melayu Ambon, Conto diatas

Pengaruh kembudayaan yang masih tersa bagi orang Maluku saat ini selain adanya benteng-benteng peningalan bangsa Portugis di Maluku, pengaruh pertugis lainnya adalah dengan adanya nama-nama keluarga atau lebih lajim sebutan orang Ambon fam yang berasal dari portugis yang dapat kita temui di tengah-tengah masyarakat Maluku seperti Costa, de Fretes, Pareira, da Silva, dan sebagainya. Pengaruh Portugis ini disebabkan karena kebijakan politik yang bangsa Portugis untuk mengekalkan kedudukannya di Maluku, dimana para pedagang dari Portugis harus beristrikan orang pribumi, demikian pula denagn gelar kebangsawan yang digunakan oleh pemuka-pemuka pribumi seperti gelar Dom telah diberikan sejak tahun1512 oleh Fransisco Serrao kepada Jamilu salah seorang dari empat perda hitu, pemberian gelar ini adalah prerogative Raja Portugis dan hak pemakaian langsung dari keturunan seorang raja.

Satu golongan yang mempunyai kedudukan yang kuat sebagai perdangang dari Bangsa Portugis adalah orang kaya, walaupun Portugis berusaha untuk mendapatkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, namun saudagar-saudagar dari daerah lain masi tetap datang berdagang dimana kebun rempah-rempah sudah melusa keberbagai daerah dan tidak terbatas hak milik tanah oleh raja saja. Kedudukan angota-angota negeri yang mempunyai tanah dan dapat memperdagangkan hasil kebunnya dengan untuk yang banyak, kelompok-kelompok orang kaya ini kemungkinan bermunculan pada waktu berdatangan saudagar-saudagar dari Jambi,Malaka dan Jawa yang tiba diperairan Maluku, Golongan ini pertama kalinya terdapat di Banda dan tidak termasuk dalam hirarki susunan adat. Namun, lambat laun mereka mulai memegang peranan sebagai pemuka Masyarakat walaupun tetap membayar upeti kepada Raja.

Penginjilan yang dilakukan padri-padri yang langsung hidup di tengah-tengah masyarakat telah meyebarkan agama Kristen Katolik kepada masyarakat Maluku walaupun agama Kristen Katolik dalam kekuasan Belanda secara sistematis diganti dengan penginjilan agama Kristen protestan, walapun demikian ritual-ritual agama Katolik masi bersisa dalam tata cara Protestan. Pada waktu Franciscus Xavir berada di Malaka, menjelang keberangkatanya ke Maluku dalam tahun 1546 ia telah merasa untuk keperluan terjemahan ajaran-ajaran Katolik ke dalam bahasa Melayu untuk mempermudah penyebaran agamanya. Semetara peningalan Portugis lain yang masi terjaga dalam masyarkat Maluku seperti paikan (pakain adat), musik dan kesenian lainya perubahan dalam pakain ternyata dari kata-kata sapatu, cinela, kalsong.. tarian yang masih terisa seperi tarain polones, wals, quadrille, dan polka, kemungkina tarian-tarian ini masuk Indonesia pada abad ke-19 tetap tarian ini disebut portugis. Tarian-tarian ini dibawa oleh pelaut-pelaut Portugis yang masuk ke Maluku

Perjalanan Portugis Di Maluku


Maluku merupakan salah satu Propinsi tertua dalam sejarah Indonesia, dikenal memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Nama Maluku sendiri berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja.

Hitam manis rambut keriting, indentik dengan gambaran wajah cantik kepulauan Maluku. Provinsi ini baru saja lepas dari belenggu konflik antar agama yang panjang. Kini, Provinsi dengan Ambon mulai berbenah diri membangun kembali kegiatan wisata yang sempat terhenti, terutama di sekitar kota Ambon. Dengan luas wilayah sekitar 712.479,6 km2, Provinsi Maluku memiliki sejarah panjang akibat basil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah. Adalah para pelaut Cina yang pertama mendarat di pulau-pulau di Maluku dalam rangka perdagangan rempah-rempah pada abad ke-7. Baru pada abad ke-9, datanglah para pedagang dari Timur Tengah. Hingga abad ke-12 dan 14, secara bergantian, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Misi bangsa Portugis dipimpin oleh Bartholomeu Dias, seorang pelaut Portugis yang mendapatkan perintah dari Raja Portugis. Pada tahun 1488, Bartholomeu Dias berhasil sampai Tanjung Harapan di ujung selatan Benua Afrika. Namun ia tidak bisa melanjutkan misi perjalanan karena kerusakan kapal. Perjalanan selanjutnya dilakukan oleh Vasco da Gama yang mendarat di Calicut atau India pada tahun 1498. Dari India, pada tahun 1510, Portugis mengirim misi ekspedisi ke timur yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Pada tahun yang sama armada de Albuquerque sampai di Goa, India bagian selatan. Di Goa, de Albuquerque mendengar cerita tentang kekayaan daerah Malaka. Pada tahun 1511, Alfonso de Albuquerque bersama pasukannya menyerang Malak dan berhasil.

Dari Malaka, ekspedisi bangsa Portugis meneruskan perjalanan ke timur di bawah pimpinan Francisco Serro. Bangsa Portugis akhirnya sampai di Ternate, Maluku Utara pada tahun 1512. Setelah menguasai Malaka dan Maluku, bangsa Portugis bermaksud memperluas kekuasaannya ke Pulau Sumatera yang kaya akan lada, Namun usaha dalam merebut pulau Sumatra kurang berhasil karena terdapat Kerajaan Aceh yang mendominasi perdagangan lada di pulau Sumatra. Bangsa Portugis juga memperluas perdaganganya ke Pulau Jawa. Setelah Portugis berhasil menguasai Malaka, pada 1512 Afonso de Albuquerque. Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga kapal menuju wilayah Maluku untuk mencari rempah-rempah. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.

Pada tahun 1513, bangsa Portugis mendarat di kepulauan Ambon yang merupakan penghasil cengkeh, tempat ini sekaligus juga merupakan pintu masuk wilayah tersebut . Kemudian dibangunlah sebuah benteng Portugis berikut dengan adanya beberapa peraturan keamanan, yang dibantu oleh sekelompok pemeluk baru agama Kristen yang berfungsi pula sebagai penyangga, dimana mereka bermukim dan berpusat disekitar benteng tersebut, yang kemudian menjadi kota Ambon (ibukota propinsi Maluku yang sekarang).

Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional

Pada abad ke-16, bangsa-bangsa Eropa mulai datang dan menguasai perdagangan di Maluku. Pertama-tama Portugis, yang datang sambil mengemban misi keagamaan yang dibawa oleh Santo Fransiskus Xaverius. Baru pada abad ke-17 Belanda hadir di Maluku. Sejak itulah kisah heroik perjuangan mengusir penjajah Belanda mulai bergulir. Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya Maluku. Pengaruh Portugis di wilayah Maluku berdasarkan Sumber data dan peninggalan-peninggalan sejarah berciri Portugis sangat kuat mengakar di wilayah ini (lihat Paramita R. Abdurrachman 2008).

Dalam usaha mendapatkan rempah- rempah, bangsa Lusitania telah memusatkan perhatian mereka pertama-tama kepada kepulawan Maluku dan Banda yang merupakan pusat penghasilan cengkeh dan pala. Baru kemudian, justrus usaha monopoli, penyelundupan cengkeh dari Ternate sebagai produsen cengkeh menurun, maka cengkeh dari Pulau Seram dan Pulau Ambon lebih berarti. Dalam usaha menguasai suatu daerah di mana Portugis dapat tinggal dengan aman dan dapat berdagang dapat juga diduga sebagai factor keseimbangan terhadap kekuasaan kesultanan Ternate. Pusat perdagangan Portugis menjadikan Pulau Ambon sebagai daerah kekuasaannya, perhataian pihak Portugis bukan saja Pulau Ambon namun juga pulau-pulau di sekitaranya seperti Pulau Seram, Buru, Leasa dan pulau-pulau yang ada disekitaranya.

Peninggalan Portugis telah berkumpul di kepulawan Maluku, dalam riwayat portugis ke kepulawan Maluku terutama Ternate, Ambon-Lease dan bagian dari Tidore dan Seram, dimana pada suatu waktu telah terdapa benteng-benteng dan Bandar dagang yang menjadi pemusatan bagi Portugis. Peninggal di Pulau Ambon merupakan suatu kasus tersendiri, yang jelas dalam hubungan timbal-balik antara orang Portugis dan orang pribumi, Politik raja-raja Portugis sebagaimana yang telah diperbaharui oleh Henry Pelaut, ialah pembentukan feitoria (kota perdagangan), menghadiahkan tanah (doacao) companhia dan monopoli di Maluku yang memerlukan tenaga kerja dari pihak Portugis yang bekerja sama dengan orang pribumi untuk mengokohkan politik meraka di tanah Maluku. Raja Muda Alfonso, semasa pemerintahanya (1509-1515) menganjurkan secara tegasa, agar mereka yang turut dalam perdagangan rempah-rempah sebaiknya kawin dengan pribumi, dengan kemikina kepentinagan Portugis dapat dijami oleh orang-orang yang hatinya tetep dan tidak cepat-cepat kembali ke tanah airnya, melaikan memanam akar di negeri baru, dan kemudia nanam akar bagi kepentingan Portugis. Menurut pihak portugis kebijakan ini merupakan jalan terbaik untuk tetep mengekalkan kuasanya di Maluku

Peningalan Portugis yang bersifat sejarah atau peningalan-peningalan yang menjadi tapak tilas kejayaan Portugis di Maluku, juga terfokus kepada bahasa yang hinga kini masih digunakan pada masyarakat Maluku ( bahasa yang digunakan bukan secara umum, beberapa entri kata yang masih tersisah dan masih digunakan sebagai bahasa pinjama). Seperti beberapa contoh kata ini
Beberapa contoh Kata serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain:
Bandera(bendera): Bandeira (Portugal)
Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugal)
Pai (ayah) : Pai (Portugal)
Mai (ibu) : Mai (Portugal
Galojo (rakus) : Guloso (Portugal)
Kadera (kursi) : Cadeira (Portugal)
Kapitein (Belanda)/ Capitao (Portugal)
Marinyo (penyuluh) : Meirinho (Portugal)
Patatas (kentang) : Batatas (Portugal))
Kasbi (singkong) : Cassava (Portugal)
Testa (dahi) : Testa (Portugal)
Par (untuk) : Para (Portugal)
Marsegu (kelelawar) : Morcego (Portugal)
Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugal)
Kintal (pekarangan) : Quintal (Portugal)
Konyadu (ipar) : Cunhado (Portugal)
Capeo topi
Capatu sepetu
kadera (Ambon) = cadeira (Portugis.)
kawalo (Ambon) = cavalo (Portugis.) = kuda
panada (Ambon) = panada (Portugis.) = roti isi
tuturuga (ambo) = tartaruga (Portugis.) = penyu
tempo (tempo)
Bahasa Melayu sebagai gua franca daerah semenanjung Melaka (Malaysia), Sumatera dan pulau-pulau lainya, yaitu bahasa Melayu sudah tentu dipelajari untuk berhubungan dalam hal perdagangan mahupun sebagai bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi dengan orang-orang pribumi di Nusantara. Pada saat orang-orang Portugis sampai di Maluku, tepatnya di Pulau Ambon lingua faranca inipun ditemui di Pulau Ambon yang masyarakatnya mengunakan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi. Sementara bahasa daerah (bahasa tanah) yang digunakan di Maluku terlampau berbeda untuk dapat digunakan sebagai bahasa perantara dan dapat dikara bahwa pemasukan ide baru, baik dalam hal agama, perdagangan tidak terkecuali juga bahasa.
Pigafetta dalam buku catatanya telah membuat satu daftar kata Melayu-Italia, walaupun ejan dari kata-kata Indoensia telah menggambarkan pengaruh suatu dialek local, namun dapat disimpulkan taraf hubungan antara pendatang dan politik dalam hubungan ini terutama terdapat dalam perdagangan dan politi local agama dan kehidupan sehari-hari.sementara komunikasi antara raja-raja di Maluku dengan raja Portugis mengunakan bahasa Melayu kemudian oleh pihak portugis diterjemahkan kedalam bahasa portugis, tetapi surat menyurat antar raja pribumi dengan raja protugis diganti dengan bahasa Portugis mungkin karena Portugis telah menjadi penguasa tunggal pada saat itu. Dapat diduga hal ini karena orang Portugis berusaha untuk mengajar bahasa mereka dan karena sistim fonetik bahasa Portugis tidak terlalu sulit untuk dipelajari oleh orang-orang pribumi Maluku

Bahasa Portugis, sekitar tahun 1540 dan selanjutnya telah umum digunakan di kota Malaka, Goa, dan juga Maluku yang menjadi bahasa pengantar bagi bolongan atasan, sipil,militer, pedangan. Para sultan di Maluku dan raja-raja di Pulau Ambon (Hitu) yang melawat ke Malaka dalam berhubungan dengan benteng portugis mengunakan bahasa Portugis, dalam dokumen-dokumen portugis sultan hairun (Sultan Ternate) disebut sebagai seorang ahli bahasa dan sastra Portugis. Pengaruh bahasa Portugis terhadap masyrakat Maluku waktu itu sehinga membuat banyak pemebendaharan kata dalam bahasa portugis kedalam bahasa Melayu Ambon, Conto diatas

Pengaruh kembudayaan yang masih tersa bagi orang Maluku saat ini selain adanya benteng-benteng peningalan bangsa Portugis di Maluku, pengaruh pertugis lainnya adalah dengan adanya nama-nama keluarga atau lebih lajim sebutan orang Ambon fam yang berasal dari portugis yang dapat kita temui di tengah-tengah masyarakat Maluku seperti Costa, de Fretes, Pareira, da Silva, dan sebagainya. Pengaruh Portugis ini disebabkan karena kebijakan politik yang bangsa Portugis untuk mengekalkan kedudukannya di Maluku, dimana para pedagang dari Portugis harus beristrikan orang pribumi, demikian pula denagn gelar kebangsawan yang digunakan oleh pemuka-pemuka pribumi seperti gelar Dom telah diberikan sejak tahun1512 oleh Fransisco Serrao kepada Jamilu salah seorang dari empat perda hitu, pemberian gelar ini adalah prerogative Raja Portugis dan hak pemakaian langsung dari keturunan seorang raja.

Satu golongan yang mempunyai kedudukan yang kuat sebagai perdangang dari Bangsa Portugis adalah orang kaya, walaupun Portugis berusaha untuk mendapatkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, namun saudagar-saudagar dari daerah lain masi tetap datang berdagang dimana kebun rempah-rempah sudah melusa keberbagai daerah dan tidak terbatas hak milik tanah oleh raja saja. Kedudukan angota-angota negeri yang mempunyai tanah dan dapat memperdagangkan hasil kebunnya dengan untuk yang banyak, kelompok-kelompok orang kaya ini kemungkinan bermunculan pada waktu berdatangan saudagar-saudagar dari Jambi,Malaka dan Jawa yang tiba diperairan Maluku, Golongan ini pertama kalinya terdapat di Banda dan tidak termasuk dalam hirarki susunan adat. Namun, lambat laun mereka mulai memegang peranan sebagai pemuka Masyarakat walaupun tetap membayar upeti kepada Raja.
Pengijilan yang dilakukan padri-padri yang langsung hidup di tengah-tengah masyarakat telah meyebarkan agama Kristen Katolik kepada masyarakat Maluku walaupun agama Kristen Katolik dalam kekuasan Belanda secara sistematis diganti dengan penginjilan agama Kristen protestan, walapun demikian ritual-ritual agama Katolik masi bersisa dalam tata cara Protestan. Pada waktu Franciscus Xavir berada di Malaka, menjelang keberangkatanya ke Maluku dalam tahun 1546 ia telah merasa untuk keperluan terjemahan ajaran-ajaran Katolik ke dalam bahasa Melayu untuk mempermudah penyebaran agamanya. Semetara peningalan Portugis lain yang masi terjaga dalam masyarkat Maluku seperti paikan (pakain adat), musik dan kesenian lainya perubahan dalam pakain ternyata dari kata-kata sapatu, cinela, kalsong.. tarian yang masih terisa seperi tarain polones, wals, quadrille, dan polka, kemungkina tarian-tarian ini masuk Indonesia pada abad ke-19 tetap tarian ini disebut portugis. Tarian-tarian ini dibawa oleh pelaut-pelaut Portugis yang masuk ke Maluku



Selasa, 18 Agustus 2009

Coretan Dari Sebua Perjalanan

Embun dikala senja, bayang-bayang datang mentari terbedam dan berjanji esok pagi datang lagi.
Adakah janjimu seperti janji mentari esok pagi datang lagi
Apakah ada yang bertanya kemana jajiku.
………………………………………………………………………………..
Kalaupun ada yang lebih kaya tak berarti dia lebih mulia
Kalaupun ada yang lebih mulia takkan kuhapus dia dari lembar bahagia
Sanjungku tinggi untuk seorang, sang pahlawan hidupku
Bagiku engkaulah malaikatku



Tak kusangka catatan perjalanan hidupku tidak semanis ini.. Tidak bisa kubayangkan apabila dulu dia bukan malikatku, pasti saat ini tidak dapat kugores lembar ini dengan senyum bahagia. Namun, dengan basah keringat dan tumpukan rasa lelah ditubuhku. Seribu ucap syukur kupanjatkan pada Allah swt. Setidaknya harapan itu tetap ada, meskipun Dialah yang akhirnya juga membawaku kemana.

Aku memang tak seberuntung teman-temanku, tapi aku lebih beruntung karena aku lebih mengerti arti hidup yang sebenarnya. Hanya cengkeh yang selama ini menopang hidupku. Namun aku bersyukur, meski aku anak orang tak mampu aku masih diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah dari tahap ke tahap.

Saat itu seragam merah putih masih menjadi keseharianku. Setiap harinya aku berjalan menyusuri jalan dan lorong desaku yang berada diantara rumah-rumah yang berdinding pelapah rumbiah dan beratap daun rumbiah demi untuk sampai ke sekolah. Aku bukan bintang di sekolah SD itu. Raporku hanya dihiasi oleh angka satu atau dua dibagian bawahnya, aku tertingal oleh kawan-kawan sekelas…ini bukan kali pertama aku ditingalakan oleh kawan-kawan…Meraka berada di kelas tiga aku masih berada di kelas satu…ocehan dan ejakan selalu dialamatkan kapada aku. Namun, bagi ortu aku itu bukan hambatan untuk merai cita-cita, saat itu aku tak perna bercita-cita untuk sesuatu yang belum aku mengerti. Pesan moral dari ortu adalah pandangan masa depan dan berpikirlah untuk masa depan. Aku baru tersadar dari mimpa dalam tidur yang panjang, semangat dan harapan ortu selalu menjadi motifasi dalam merai mimpi-mimpi itu, kali ini aku mengejar mimpi itu demi kenyataan.

Mungkin rasa kasihan atau penilayan guruku berdasarkan hati untuk menulis angka-angka di rapotku. Sampai akhirnya aku menginjak kelas tiga kali ini aku merasa terlepas dari ocehan kawan-kawan disekeliling, walaupun aku berada di kelas tiga aku menjadi aikon kelas sebagai seorang yang tak pandai membaca dan menghitung.. Namun, aku selalu berusaha untuk bisa membaca dan menghitung, dan akhirnya semua halangan itu bisa dilalui berkat bimbingan Ortu dan abang-abang aku….setalah kelas lima aku kembali menjadi aikon kelas kali ini menjadi seorang bintang baru karena coretan angka-angka dalam rapotku yang membuat ortu bangga atas prestasiku… Kesempatan ini aku tidak sia-siakan untuk merai ankang-angka yang boleh membuat ortu bangga..Ketika saat kelas enam membuat aku akang sadar betapa pentingnya pendidikan bagi diruku, memori yang tak pernah telupakan dalam perjalanan pedidikanku saat dimana ibuku begitu bersyukur dan begitu bersemangat. Ketika pengumuman hasil ujian akhir dimana aku sebagai lulusan terbaik di antara kawan-kawan seangkatan.

Kegembiraan ortu membuat mereka untuk berpikir lain, kali ini keinginan meraka untuk menyekolahkan aku ke kota. Merasa bingung yang teramat sangat ketika aku harus ke kota. Akhirnya Aku hijra ke kota Ambon, di kota Ambon telah menanti harapan dan tantangan yang aku harus lalui demi harapan ortuku…Aku terdaftar sebagai siswa SMP 13Ambon. Sebelum berganti menjadi SLTP 14 Ambon...karena tempat tingalku begitu dekat dengan sekolah, aku tak perlu biaya untuk transport…sebuah rumah yang berdiding papan dan beratap rumbiah berukuran 8 x 5 milik milik abang aku disinilah tempat kami berteduh dari teriknya mentara dan dinginya hujan, rumah dengan ukuran 8x5 ini terdapat dua kamar, dapur serta ruang tamu..di ruang tamu inilah tempat aku untuk sesaat menutup mata dikala malam hari.

Bingung saat melangkah menuju ke bangku sekolah dikala aku harus bersaing untuk merai harapan yang selama ini aku impikan, dengan mana setelah ini. Sejujurnya ketika itu aku ingin sekali mendobrak gerbang pendidikan untuk menjadi seorang anak kampung yang berada digaris depan sebagai pemimpin laskar-laskar pemberontak harapan bangsa untuk merai kejayaan dalam dunia ilmu pengetahuan. Waktu demi waktu aku lalui di kelsa satu SMP lembaran kerta putih digoris tintah hitam untuk merangkai tulisan adalah hobiku, anak rumahan pagilan oleh kawan-kawan terhadap aku, buku setidaknya menjadi kawan untuk mengisi kekosongan isi kepala yang kelaparan akan ilmu pengetahuan. Saat mendebarkan telah sampai pada puncak kegelisaan, hari pembagian rapot telah ditentukan oleh dewan guru, tiba waktunya pembagian rapot semua orang tua di undang menilai dan melihat prestasi anak mereka, kali ini bukan orang tuaku menghadiri acara ini tetapi istri abang aku sebagai wali untuk mewakili ortu. Sebelum rapot ditujukan kepada aku, aku mendapat beberapa materi ceramah dari istri abang ceramah tanpa titik dan koma, kata memujipun tak telintas dalam isi ceramah itu. Dalam isi rapot terlihat angka-angka seperti lilitan tali yang berbentuk angka enam dan angka tujuh, dibawa goresan angka-angka itu terdapat goresan tanga yang indah bagaikan pelagi melintasi lautan peringat ke 24 dari 30 siswa. Harapan untuk mendobrak gerbang itu telah musna, saat itu aku merasa hanya sebagai seorang serdadu garis depan yang bersembunyi dibawah rindangya pohon-pohon akasia taman sekolah.

Harapan yang membara itu telah hilang bagaikan lembaran kertas dibakar oleh kobaran api yang tertiup oleh angin kekecewaan, untuk merai mimpi orang tua aku tetep melajutkan pendidikan walau aku terkadang bersekolah di bawah pepohonan dan selah-selah dinding rumah orang…..bolos sekolah adalah hobi kesaharian, aku begitu menikmati duniaku, kali ini aku bukan lagi anak rumahan, terkadang masuk sekolah hanya untuk menujukan wajah sebagai seorang siswa, beberapa kawan yang sehobi denganku menjadi akrab. Hobi bolos sekolah menjadi santapan yang nikmat sehinga aku berada di kelasa tiga SMP. Ceramah-ceramah keluarga yang dialamatkan kepadaku, bagiku adalah ocehan angin lalu. Sewaktu mendekati ujian akhir nasional aku merasa ketakutan akan kata tidak lulus. Pada tahun 1999 kota Ambon dilanda konflik sosial, aku berserta seluruh keluarga berda di desa. Saatnya aku kembali ke Ambon untuk mengikuti ujian akhir, kali ini di sekolahku beratus-ratus murid yang aku tak kenal murid-murid tersebuta adalah anak-anak yang dimutasikan oleh sekolah mereka, tidak ada alasan untuk sekolah kami menolak anak-anak itu satu-satunya sekolah yang berada di lingkungan kaum muslim. Mungkin kali ini penilaian guru-guru berdasarkan faktor fisiokologis atau penilaian berdasarkan faktor keadaan morak-marit letusan senapan dan detuman bom, aku merasa saatnya nanti aku lulus karena penilain kali ini bukan penilaian yang rasional dan objekit berdasarkan kemampuan siswa (maaf pandangan aku saat itu). Alhamdulilah akhirnya aku lulus dalam ujian akhir itu.

Kebingungan dan kebimbangan kembali terjadi dimana dunia pendidikan terporak poranda dengan ego orang-orang yang hanya ingin merai kepentingan merek, pengorbankan jiwa-jiwa orang yang tak berdosa seiraman dengan berjalanannya waktu. untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMA semakin tak jelas, beratus-ratus kawan yang dulunya berjuang bersama di bangku SMP merekapun hengkan ke daerah lain untuk melajutkan pendidikan. Sementara aku yang berasal dari keluaraga paspasan bisa bergulat dengan detuman bom, harapan dan mimpi yang selama ini tercoret dalam lembaran-lembaran kulit buku hanya bisa pasrah kepada kedaan yang ada. Untuk melanjutkan pendidikan aku mendaftar di SMA Muhamadiya, karena SMA yang ada dilingkungan muslim hanya SMA Muhamadiya dan Madrasa Aliah, aku memilih SMA Muhamadiya, di SMA Muhamadiya aku hanya beberapa hari berada di sekolah itu.

Selang beberapa hari bersokalah di SMA Muhamadiya aku mendengar informasi dari kawan bahwa ada pembukan SMAbaru, namun kawan pun tak tau dimana lokasi SMA ini berada, kami menuju SMP 14 Ambon di sana telah berada seorang guru yang telah siap dengan beberapa lembaran kertas untuk menulis nama para siswa yang ingin melajutkan pendidikan ke SMA, aku terdafta sebagai seorang sisiwa di SMA itu, SMA ini kerap di sebut sebagai SMA rakita karena SMA rakita ini dirakit berdasarkan kondisi pendidikan saat itu, ide pejuang-pejuang pendidika itu untuk melindungi generasi masa depan. Sebenarnya SMA ini bernama SMA 3 Ambon Sentara Galungung. Disini terkumpul beribu-ribu siswa kami merupakan siswa yang pertama kali merasakan pendidikan di tingkat SMA sementara senior kalas dua dan tiga meraka pernah duduk di bangku SMA yang lain. Guru-gurunya berasal dari sekoalah-sekolah yang berbeda. Kami bersekolah tak layaknya sekolah-sekolah lain yang berada di wilayah Nusantara, setiap terdengar detupan bom dan letusan senapa kami selalu dihimbau untuk kembali ke rumah, tetapi esok harinya beberapa kawan yang tak lagi kembali ke sekolah untuk selamanya mereka tak kembali bukan berati terhempit oleh keadaan ekonomi tetepai mereka telah diterjang oleh tima panas yang menusuk tubuh mereka.

Keadaan ini berlanjut sampai aku berada di kelas dua, seiring dengan waktu akupun berada di kelasa tiga, hal yang pernah melanda aku pada SMP dulu kini terjadi lagi ketika aku berada di kelas tiga SMA bolos sekolah kembali menjadi hobi aku, sampai beberapa kawan sekelaspun tak mengenal aku terkadang mereka menanyakan kamu kelasa berapa sekarang, diantara deretan pertokoan di pasar Batu Merah adalah tempat aku dan beberapa kawan bersekolah di pasar batu merah ini aku banyak mempunyai kawan yang hobi keseharian mereka menipu demi sesuap nasi. Masa-masa itu aku lalui dengan fenomena kehidupa yang lain aku menjadi seorang anak pasar yang bersatus sebagai siswa SMA, sementara kawan yang lain adalah anak pasar yang bersatus pereman pasar…???. Ujian aku lalui dengan kemampuan berpikir dengan mengunakan metode imajenasi dan nyotek, saat dimana pembitahuan hasil ujian aku pun ikut lulus.

Setalah lulus dari SMA entah kenapa aku sangat yakin akan melanjutkan kuliah tahun ini (2002) juga dan perguruan tingi yang aku tuju adalah Universitas Pattimura Ambon satu-satunya Universitas negeri di Maluku juga merupakan Universitas paforit bagi kawan-kawan yang ingin melajutkan kuliah di Maluku. Bermodalkan keyakinan itu dan rasa “Nekat” tentunya sebuah keputusan penting harus kubuat saat itu. Kuputuskan saat itu untuk mengikuti ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB), sekedar uang untuk membeli formulirnya saja aku pun tak punya. Tak disangka ternyata sahabtku sewaktu di SMA, memberiku selembar formulir. Aku memutuskan untuk menerimanya karena aku memang benar-benar membutuhkannya untuk melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi, namun apabila aku melihat keadaan ekonomi orang tuaku yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tak cukup, niat itu hanya bisa menjadi gumamku, Namun sejujurnya aku sangat ingin melanjutkan ke perguruan tinggi favorit di negeri ini. Setelah sebulan lamanya kumenanti pengumuman itu, akhirnya datang juga hari yang menjadi puncak kebahagiaan ribuan calon mahasiswa yang akan diterima di perguruan tingi itu. Hari Kebahagian itu tidak berpihak kepada aku kerana beberapa lembara kertas hasil tes aku balik-balik ternyata nama aku tak tertera didalamnya, kekecewaan menyelumuti dan membungkus hati sekan-akan merasa hampa harapa ini, kahirnya aku memutuskan untuk berheti untuk melajutkan ke perguruan tingi, tepi keingina orang tua berbeda dengan aku mereka tetep menginginkan aku lanjut ke perguruan tingi demi untuk menyenagi hati mereka aku mengikuti program penerimaan mahasiswa tahap kedua di Universitas yang sama, aku pun dinyatakan lulus dalam seleksi peneriamaan tersbut. Ini menjadi titik awal perjuanganku saat itu.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupaka pilihanku dan aku tercatatan sebagai mahasiswa Ilmu pemerintahan, beberapa mingun di fakultas ini kami di gembeleng (ospek), didoktrin oleh seneor-seneor berdasarkan pengetahuan mereka terkadang mereka berlaga di hadapan kita bagaikan pilot yang kopinya lupa dibayar, aku kadang-kala jenuh dengan materi yang diberikan oleh para seneor. Namun disini bisa memahami dinamika dunia kampus, semester-semester awal aku lalui dengan begitu semangat setiap pagi aku harus bangun pagi untuk mengikuti kuliah pukul tuju pagi, aku merasa begitu indahnya pendidikan dan begitu pentingnya pendidikan untuk membangun karakter pribadiku. Pada saat mahasisiwa aku bergabung di organisasi eksternal kampus yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) beberapa jabatan pernah aku pegang seperti ketua rayon PMII Fisip Unpatti, ketua komisariat PMII Unpati dan pengurus PMII cabang Ambon, sementara organisasi intra kampus yang perana aku ikuti yaitu sebagai pengurus haraian dewan perwakilan mahasiswa Fisip Unpatti, masa-masa sebagai mahasiswa selalu teringat dalam memoriku dikelasa aku dikenal sama kawan- kawan sebagai mahasiswa yang vokal dikelas. Empat tahun sudah aku bergulat dengan dinamika kampus, diakhir masa studi kawan satu persatu telah pergi menigalkan aku dari dunia kampus mereka telah menyandang gelar sarjana semetara aku masi terus mengorek bagian lain dari Ilmu pengetahuan, diakhir tahun 2006 aku mendaftar sebagai salah seorang peserta ujian akhir demi untuk mendapat gelar sarjana, pada tangal 15 Maret 2007 aku duduk di kursi pesakitan untuk mendengar pertanyaan dari pembimbing dan penguji sementara di luar ruangan terdapat beberapa kawan yang memberi semangat kepada aku, sepuluh pertanyaan yang dilontarkan kepada aku, aku jawab dengan sempurna aku tercatata sebagai perserta ujian terbaik pada saat itu, pada jam satu saat itu aku tercatatn sebagai seorang sarjana Sosial.

Harapan orang tau yang mengginkan aku sebagai seorang sarjana telah aku penuhi, tangu jawab aku sebagai seorang sarjana semakin berat apakah aku tercipta sebagai seorang serjana pengangguran ataukah….?? Dua hari kemudian aku diminta sebagai seorang pembantu di dinas kauangan Kabupaten Seram Bagian Barat, aku bersyukur mungkin disanalah tempat aku menyambung hidup, empat bulan lamanya aku bekerja disana dengan sedikit keahlian dan pengetahuan aku miliki, kali ini perjuanganku bukan samapai disitu pada bulan kelima berkat jasa orang tuaku aku mendapat tawaran baru kali ini aku harus kembali sebagai seorang mahasiswa, tawaran ini membuatku begitu bersemangat karan aku tak perna bermimpi apalagi bercita-cita untuk melanjutkan studi ke jantung negeri maupun ke luar negara, tawaran ini aku tak sia-siakan apalagi tawaran mengikuti studi di negara jiran. Saat tulisan ini dimuat aku masih tercatata sebagai seorang mahasiwa pasca sarjana di Instutut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang telah masuk pada semester akhir, Syukur dan terima kasi kupajatkan kepada kepada kehadirat Allah swt.

Minggu, 09 Agustus 2009

Pulang kampung...

Walaupun dua tahun terakhir saya tak pernah Pulang kampong , tapi saya paling suka agenda ini, apalagi kalo naik Kapal motor penyebrangan (ASDP). Feri,, Ambon-Seram. (HUNIMUA_WAIPIRIT) .,bisa berjam jam ditengah laut, terasa banget perjalanannya. Kadang2 tersa bosa juga di dalam feri.tapi bukan haling untuk liat2 kawan di kampung …………………….
Kita bisa kenalan banyak orang di kapal, bisa tukar2 alamat, tukar nomor telpon, cuman satu yang belom yaitu tukar2an alamat blog..hahahaha.
Pokoknya di Kapal ga bosanin.

Bisa karokean, nonton hehehehehe nonto orang karoke, atau sekedar melihat pemandangan laut yang luas.Oh.iya..gw pertama nonton Film Titanic di Kapal, kebayang dong, gimana perasaan deg2an, takut terjadi pada Kapal yang ditumpangi,,hihihii.

Trus karna kelamaan di Perjalanan, tiba dirumah masih serasa dikapal, perasaan aku, rumah koq goyang2.... (gempa kalee)..kepala yang gempa mungki mabuk laut hehehehheheheheh
Biasanya setelah tiba dirumah pukul 1 tengah hari, udah jadi agenda rutin saya berenang Ke laut, Kangen sama air Laut yang hangat, walaupun di alut saya sendiri, air laut tetap hangat lhoo, saya tak perna milih siang untuk kelaut….siangnya, wauh..panasss... bangatttttt….wahhhhh terigat waktu masih kecil jangankan siang,,,biasanya dari pagi sampai sore di Laut…huhuhuuhuhu duluuuuu

Lagian di Maluku daerahnya daerah pantai, kapanpun kita mau ke laut….. dari pingiran panatai puncubisa liat gunung sih.., walaupun Maluku daerah panatai tapi khan masi gunung, kemanapun mata memandang, ya masih liat gunung juga ….Awewe hahahaha

Ehh...tapi aku Bukan Anak gunung lho..tapi Anak dekat Pantai, Kalo Anak Pantai kami sebutnya dengan anak seribu pulau..ngarangggggg ajaaaaaooo, beberapa suku di daerah saya tuh, ada yang di pingiran pantai yang tinggal di Pesisir pantai. Kalo saya orang di pesisir pantai dengan Bahasa Latu. Dan walaupun aku udah akrab dengan laut, tapi aku masih aja takut. Yaaaa aku takut jika berperahu dan mancing ikan ditengah laut yang dalam dan biru.hahahhahahh kalau sendiri..kalau banyak orang mana takut heheeheh.

Aku merasa takut aja kalo tiba-tiba ada hiu..hehehe (*pengaruh pelem-pelem tentang ikan hiu yang memakan manusia), Apalagi kalo ada yang goyang2in Perahu, Terus aku ga mau kalo disuruh dayung,bukan apa-apa lho..., pegalnya itu , bisa berhari-hari... malas dehhhhhh dayung deng Si Kamil.banyak ngomel………

PERJALANAN KE MALAYSIA




Setelah saya mengikuti ujian akhir untuk mejadi seorang sarjana pada 16 april 2007 dan pada pukul 01:30 saya dapat menyandang gelar serjana sosial dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Pattimura Ambon, maka pada saat itupula kebingungn terjadi pada diri saya, dalam benak bertanya cieeehhh… hendak kemana langkah ini, cieeehhh Alhamdulilah sayapun mendapat peluang untuk mengikuti studi S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (perjalanan pendidikan akan dibincangakan dalam bagian lain heheheheheh) setalah kepastian saya diterimah di UKM maka saya menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan selama di Malaysia nanti.

Sewaktu prof James T. Collins. ( saya sering sapa beliau dengan Pa Jim) ke Ambon untuk mengisi pelatihan dalam pembuatan kamus Ambon-Indonesia, pada waktu kosong beliau mengundang saya untuk ke hotel beliau tingal di hotel Angrek tepatnya dibelakang kantor gubernur Maluku jalan Pattimura. Pada pukul 6 sore saya cepet-cepat menuju ke hotel dengan mengunakan ongkot, sasampai di hotel saya bertemu beliau dan kami pun membincangkan perjalanan saya dari Ambon-Kuala Lumpur, pada tangal 9 Desember 2007 saya harus tingalkan kota Ambon. Kesempatan ini saya tak sia-siakan apalagi kesempatan ini didukung penuh oleh keluarga besarku.

Pada tangal 5 Desember saya dan kawan (kebetulan sepupu saya yang numpang di rumah kami, sambil kuliah di Unidar Ambon) Rahmat namanya kami berdua mangunakan angkot sesampai di terminal kota Ambon (Terminal Mardika) menuju Amboina hotel di Amboina hotel terdapat angensi penerbangan lion air, saya pun memesan tiket Ambon-Jakarta dan Jakarta-Pontianak. Di travel saya bertemu dengan kawan SMP, di travel (hehehe memori lama terulang lagi) kebetulan yang bersangkuatan pegawai travel, kami-pun berbincang panjang lebar,(maaf lupa namanya jangan marah yaaa sobat) kawan inipun melayani saya dengan ramah (maklum kawan hehhehe) ia bertanya hendak kemana dirimu ko sampai ke Pontianak segala…..hehehehheheheheheheh saya hendak ke Malaysia. ia bertanya lagi mau jadi TKI yaa.. tak lah saya ke Malaysia untuk studi, heheh sedikit pamer…..ucapan salamat berjuang ia sampaikan..Makasih kawan….

Setelah urusan pebelian tiket selesai saya dan Amat kembali, kali ini kami ke plasa Ambon. (Amplas) untuk membeli beberapa keperluan lain, dalam perjalanan menuju ke Amplas dengan mengunakan becak, di Ampla saya bertemu dengan kawan-kawan seangkatan di Fisip Unpatti meraka memnita untuk ditraktir (kata mereka kamu ketahuan, hendak ke Negara jiran tak pernah bilang sama kita, heheh rencana perjalanan ke Malaysia hanya keluarga yang tau. Ehhhhh ternyata bocor juga) dan saya mengiyakan untuk traktir mereka. Namun, pada malam hari yaa kerana siang ini saya lagi jalan ama kawan…(sedikit bohong) heeeeee heeee…merekapun menginyakan dan tempatpun mereka udah janjikan untuk malam naanti. Pada malam harinya saya menuju tempat dimana kawan-kawan saya undah pada tungu sesampai disana kami pun memasan menu makan dan minum, hitung-hitung sekalian reuni kale yeee heheeh..kami ngobrol sambil ketawa-ketiwi sampai pada puku 24 saya mohon diri untuk kembali ke rumah dan kamipun bubar untuk kembali ke rumah masing-masing. Kembali tidur yeeeeeee

Kebetulan ortu lagi di kampung maka saya harus ke kampung….Pada tangal 7 desember 2007 saya dari desa desa Latu yang tereletak di Kabupaten Seram Bagian Barat saya bersama kedua orang tua dan ipar saya (bisanya kami pangil dengan sebuatan mama Iran) menuju ke Ambon sesampai di pelabuhan feri ipar saya mendapat telpon dari ketua PKK Kabupaten Seram Barat dan beliau membatalkan perjalanan ke Ambon, pelabuhan feri ini terdapat di kebupaten seram barat dan ipar saya hanya memberi nasehat kepada saya karana tak sempet ke ambon soale suami beliau (abang saya) kepala dinas perhubungan SBB. Feripun telah merapat dipelabuhan saya dan sopir (Yaser keponakan walaupun usiahnya lebih tua dari saya..) pergi ke loket tiket untuk di konter tiket,
petugasa loket…. berkata tak usah beli tiket?
saya pun… bertanya balik kepada petugas,, kenapa tak usah beli tiket apa udah habis tiketnya
petugas loket. Tadi pa Irwan tlp bahwa orang tuanya hendak ke Ambon dan beliau
meminta saya untuk menyediakan tiket jatah perjalanan beliau untuk orang tuanya.
…….Saya pun mengiyakan aja..

Selama 2 jam perjalana menyusuri lautan akhirnya kami tiba di pelabuhan feri Hunimua yang berada di pulau Ambon. Kawasan ini masih masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Maluku Tengah, walaupun berada di Pulau Ambon.

Setelah sampai di rumah pada pukul 12 siang saya cepat- cepat mempersiapkan pakaian ehhhh ternyat tas untuk perjalanan tak ada, saya harus ke Ambon plasa untuk membeli tas yang lumaya besar sihh, di Ambon plas saya beli tas, cela jens dan beberapa baju,.Pada pukul 7 terlihat ayah udah bersiap-siap untuk mengatarkan saya ke Bandara sementara ibu lagi di dapur, satu-satunya saudara perempuan terlihat sangat sibuk mengurus barang bawaan saya..aduhh yang satu neehh cerewatnya minta ampun (maklum satu-satunya wanita di keluarga.. biasalahh) Jarum jam menujukan pukul 09:00. saatnya harus ke bandara, semua barang udah di mobil, kemudia saya pamit kepada keponakan-keponakan, di dalam mobil uda ada paman saya dan istriny serta cucunya sementara ayah, ibu kakak, dan beberapa keponakan serta sopir.. wahh terlihat ramai dalam mobil sampai-sampai mobil tak muat… saya terpaksa duduk paling belakang..sementara ayah duduk di samping sopir, ibu paman dan istrinya duduk di tengah sementara yang lai pada duduk di samping saya.. mobil yang kami gunakan mobil kijang 1994 milik abang.

Pada pukul 10:00 kami telah sampai di bandara internasional Pattimura Ambon,, semua barang diturunkan dari mobil saya menuju ruang tunggu tak lama duduk di ruang tunggu saya masuk cek in susudah cek in saya duduk sebentara ehh ternya ibu ayah dan paman masuk juga ke ruang tempat saya duduk, sementara yang lai tak boleh masuk kerana ruangan khusus untuk keberangkatan aja..ternyat pesawatnya pukul 1 siang baru bertolak menuju Jakarta, setalah penumpang di suruh menuju ke pintu utama ibu memeluk saya sambil mengatakan hati-hati, setalah bersalaman kepada Ortu dan paman, saya pun menuju pintu utama..di dalam hati saya berkata inilah pesawat selama ini saya hanya bisa lihat, tetapi hari ini saya bisa terbang bersamamu, hehheheheheheheheeheh baru pertama kali naik pesawat dan baru pertama kali pergi ke luar dari kota Ambon, tersa lain dalam diri. Aduhhh pucat juga sayaaaaaaa…….sampai-sampai yang duduk di samping saya mengatakan anda sakit..saya pun mangatakan iya saya sedikit tak enak badan, untuk menghindari kepanikan aja hehehehe.

Penerbangan dari Ambon ke Jakarta menghabiskan 3 jam perjalanan, setalah perjalanan yang cukup lama akhirnya sampai juga di bandara Sukarno-Hata…Kebingungan kembali menghatui saya dimana harus ke Pontianak. Maka saya cek lagi konter penerbangan ke Pontianak saya pun bingung mencari sana sini tak ketemu juga,, ehhh ternya saya udah di jauh dari konternya..saya pun bertanya kepada sala seorang wanita yang kelihatan keturunan cina,, saya menyapa si wanita..dimana konter ke Pontianak
Wanita itu pun hanya tersenyum, kamu mau ke Pontianak
Yaa..saya mau ke Pontianak
Wanita… kamu orang Ambon ka.
Iya saya orang Ambon
Wanita.. mari beta anta ose ka sana
Alhamdudlilah ada juga orang Ambon yang saya ketemu di sini heeheheheh
Dan wanita tersebut mengatarkan saya sampai ke loket penerbangan Jakarta-Pontianak

Setelah beberapa menit menungu di akhirnya kamipun berangkat menuju ke Pontianak, sesampai di Pontianak wahh hujan kamipun di jemput sama mobil bandara..setalah sampai ruang bagasi saya telah di jemput oleh Bang Dedi salah seorang pegawai pusat bahasa Pontianak dan juga Almumni UKM, dan saat ini sedang melajutkan pada program doktoral di tempat yang sama, disamping bang Dedy ada juga Pa Jim beliau baru dari jakarta mengunakan Adam Air, sementara saya mengunakan penerganan Lion Air. Hujan pun tak mau kompromi, saya dan Pa Jim mengunakan taksi dari bandara sementara Bang Dedy mengunakan moto Honda.


Dalam perjalanan Pa Jim banyak bercerita tentang daerah Kalimanta Baran serta kota Pontianak, memang resa beda sekali antara pontianak dan Ambon Pontianak kota yang begitu besar dengan ruas jalanya begitu lebar semantara di Ambon aduuhh negeriku yang hanya manise….Pa Jim pun banyak membarikan perbandingan antara kota-kota di Indonesia kepada saya.. mungkin Pa Jim tau saya baru pertama kali keluar kota..hehh sampai di depan hotel semua barang diturunkan dan
sopir taksi….. tersebut berkata Ale dari Ambon ka.. mau barapa lama di Pontianak….
Iyo beta dari Ambon..beta mangkali samingu di sini..ale orang Ambon lai ka.
Sopir taksi….beta bukang orang Ambon tapi beta perna bawa oto di Ambon sebelum kerusuhan…Kami tak lama ngomong karena saya harus ke rumah Bang Dedy. Sesampai di kamar hotel saya dan Pa Jim rehat sebentra..sementara bang Dedy berada di loby hotel

Tek lama kemudia datang beberapa orang..ternya mereka merupaka tim lapangan Pa Jim yang siap tempur dimanapun. Pa Jim pun mengenalkan mereka kepada saya. Herpanus, Derani, dan Aan…Pa Jim pun menujuk Herpanus, Her ini Jamil yang saya ceritakan kalaian nanti sama-sama ke Malaysia, dan Her tolong nanti urus Visa Jamil di konjen Malaysia..

Pada pukul 9 malam saya dn bang Dedy ke rumahnya,, sebelumya untuk pa jim dan Bang Dedy udah bersepakt untuk saya nginap di rumah Bang Dedy untuk beberapa hari. Dalam perjalanan dari hotel ke rumah bang Dedy kami diguyur hujan deras..kami pun mampir sebentara di harung makan Padang untuk beli lauk makan malam. Sesampai di rumah tepatnya di perumahan PLN Pontianak,,,,,wahhh besok nehh lebar kata istri bang Dedy…sayapun tek sadar bahwa besok udah leberan idul adha,,,,besok harinya saya dan bang Dedy bersama-sama ke surau untuk melaksanakan sholat. Pada hore harinya saya di pangil ke hotel untuk mempersiapakan tiket perjalanan ke Malaysia…di hotel Herpanus juga telah menanti..kami di beri beiaya perjalanan oleh Pa Jim.

Di Pontianak saya mengikuti pelatiahan fonetik yang dilakukan oleh balai bahasa Pontianak kebetulan pematerinya adalah pa Jim dan Bang Dedy, dan pesertanya para pegawai balai bahasa dan beberapa orang dosen STAIN Pontianak. Dalam kegiatan ini saya ketemu dengan beberapa alumni UKM, Dr Hermansya, Dr Yusriadi, Ibrahim (calon Dr) dan Didi Darmadi. Kegiatan ini berlangsung selam 4. Dari tempat pelatihan saya selalu berdua sama bang Dedy, sayapun menginap beberapa hari di Rumah Herpanus, disini saya tersa benar menjadi anak kos.

Jarum jam telah menujukan pukul 19:00 saya dan Her (sapaan akrab Herpanus) haru menuju ke terminal bis Pontianak-Kucing. ( Pontianak-Kucing melalui jalan darat bossss) setelah semua administrasi perjalanan diperksa saya dan Her menuju ke bas, sementara bang Bedy dan Bang Didi yang mengatarkan kami udah bersiap-siap untuk kembali ke rumah.. bas pun tancap gasssssss perjalanan pada malam hari membuat saya tak telalu berkasan hehehehehhha….dari kota Pontianak perjalanan masih terasa nyaman heeee setalah 10 km dari kota Pontianak jalanhya udah pada aduhhh sakit badan…..?? kami pun rehat sebentara untuk membuang hajat. Parejalanan pun dilanjutakan sampai di perbatasan Pontianak-Kucing (Entikom) disana kami haru antri untuk pemeriksaan posport setalah selesai pemeriksaan imigrasai Indonesia kami ke imigrasi Malaysia setelah semua selesai kami melanjutkan kembali perjalanan menuju terminal Kucing…

Setelah samapi di terminal Kucing kami melajutkan perjalanan mengunakan taksi ke Bandara kucing,,,,,di bandra kami berdua menuju ke kantin untuk makan siang setalah makan kami pun ke ruang tunggu saya pun tertidur di ruangan tinggu karena perjalana dari Pontianak ke kucing saya tidak tidur, sementara Her sibuk mengurus hegala administarasi,, pesawat yang kami tumpangi Air Asia terlambat 2 jam sehinga penerbangan yang seharusnya jam 1 molor sampai jam 3, setalah jam 3 kami pun terbang menuju bandara KLIA Kuala Lumpur sampai di Kuala Lumpur jam 6, kami lanjutkan perjalanan lagi menuju kediaman Pa Jim di Kajang mengunakan taksi, perjalanan dari KLIA ke Kajang kami beberapa kali kehilanagn jalan karena sipor taksi pun tak tau alamat yang kami tuju,, Her yang sudah beberapa kali ke Malaysia pun lupa akan alamat rumah Pa Jim setalah samapai di pusat Kota kajang Herpanus pun ter Ingat lokasi perumahaan dimana Pa Jim tingal. Kami samapai di rumah Pa Jim udah jam 7 Malam. Sesmpai di rumah kami pun di antara oleh Pa Jim dan bang Darus ke hentian Kajang di hentian kajang Inilah terdapat rumah Flat yang kami tempati seama kami studi di Universiti Kebangsaan Malaysia.