Kamis, 10 September 2009

ADAT KETIMURAN

Menarik memang.. sehingga saya disini ingin mengemukakan tentang adat ketimuran. Kita sering mendengar kata adat timur dan adat barat. Biasanya konotasinya adat timur baik barat jelek. Sebenar tidak seluruhnya betul. Kedua2nya ada yg baik dan ada yg jelek. Adat ketimuran itu bisa dibilang sebagai adat yg banyak berlaku di Asia tenggara utamanya malaysia , indonesia dan brunei yang mana tata cara dan sopan santun didalamnya banyak dipengaruhi oleh agama islam dan budaya kerajaan serta feodalisme akibat penjajahan.

Setelah saya mengalami sendiri hidup diperantauan, saya merasakan apa
sebenarnya yg dimaksud dg adat ketimuran. Saya jadi ragu untuk mengatakan adat ketimuran sama dengan adat Indonesia.. Yang saya alami adalah bahwa adat setempat tidak bisa digunakan untuk mengukur adat ditempat lain. Bagaimana bisa adat jawa untuk mengukur adat bugis atau sebaliknya.. atau adat timur untuk mengukur adat barat dsb.Tentu tidak akan nyambung.

Setelah mengalami sendiri , rasanya......... sebenarnya tidak ada yg dinamakan adat ketimuran. Yang ada hanyalah adat lokal seperti adapt Maluku, Batak, Dayak, Bugis, Jawa, Papua dll. yang kadang juga tidak bisa diterima di daerah atau tempat lain. Sebagai contoh kalau kita naik bus kota, ada seorang penumpang yg sudah tua berdiri kenyataannya yg muda2 cuek bebek saja. Padahal orang barat yg muda dg cepat memberikan tempat duduknya pada kakek tsb. Apakah bisa dikatakan anak muda tadi pake adat barat lalu si belanda pakai adat timur?

Orang jawa memberikan sesuatu dengan tangan kanan, di bugis tidak tabu memberi dengan tangan kiri, bahkan daeng beca memberikan susuk uang kembalian dengan tangan kiri dari atas sadelnya. Apakah ini bukan adat ketimuran? Padahal itu hal biasa dan bukan suatu penghinaan. Bagi mereka hal itu biasa2 saja.

Dibugis lebih sopan kalau kita duduk kaki bersila di kursi .. tapi bagaimana kalau ini dilakukan dijawa? Bukankah itu juga adat ketimuran. Bisakah adat timur diseragamkan? Sulit juga kan? Jadi perlu dirumuskan ''Apa sebenar nya yang dimaksud adat ketimuran Indonesia''. Patokan apa yg dipakai sebagai ukurannya.

Akan tetapi hal ini sulit juga.. karena masing2 agama, adat istiadat, dan budaya punya standar yg kadang berbeda2. Agama A bilang gini B bilang gitu belum yg C dan D dst. belum lagi adat dan budaya. Lalu sebenarnya adakah adat ketimuran Indonesia itu?


Dulu kita kalau ngomong bahasanya tidak bisa halus orang2 tua sudah ribut, jaman anak kita anak2 sudah pakai bahasa jawa kasar, cucu sudah 100% bahasa Indonesia , jangan kaget cicit nanti pakai bahasa inggris. Dan tentu saja sopan santun serta tata kramanya yg dibawa akan lain, gak tahu gimana lagi bentuknya.

Sopan santun di setiap daerah berbeda2 Kalau orang Jawa merantau ke Maluku Batak ke Ambon dll maka adat ketimuran jawa tidak laku disana. Disana adat yg harus dipakai ya adat ketimuran setempat. Kalau ada bule pakai kutang dan cawat di pelosok2 jawa ya bisa dilempari batu padahal dipantai kuta tak ada masalah. Apakah orang 2 kuta ada something wrong ? Apakah mereka tidak punya adat ketimuran?

Di Malaysia, Brunei yg dimaksud adat ketimuran lebih kearah nilai tata keislaman. Memang didalam agama islam ada ukuran2 sopan santun dan tata krama dalam ber hablum minannas dengan standard tersendiri dan itu sudah diajarkan berabad2 dan lebih terjaga di malaysia dan brunei. Sedang di indonesia tata kerama yang demikian sudah semakin makin jauh. ?????????????????


Malu

Terkisahlah cerita dinegeri nun jauh di timur sana dimana penduduknya sedang mencari identitas diri. Sebenarnya bukan mereka tidak mempunyai identitas diri tetapi entah sudah bosan dengan dirinya, ataukah dia ingin meniru, mengidentifikasikan dirinya kepada bangsa lain yang menurutnya sudah maju. Padahal sebenarnya yang dicontoh tidak lebih baik daripada yang mencontoh, apalagi dari segi agama ataupun moralitas. Se suatu contoh yang berbasiskan kepada ke''manusia''an, demos, dimana lebih banyak menuntut hak daripada kewajiban. Nafsu2 ego bahkan id menjadi sangat dominan dibanding superego.

Keadaan itu membawa dia yang tadinya adalah bangsa yang santun, berintegritas, punya rasa malu yang tinggi, berubah menjadi bangsa yang beringas nyaris tanpa tata kerama, jauh dari rasa malu baik dalam polah tingkah ataupun perbuatan. Menjadi bangsa yang sak karepe dewe tidak bisa mengatur dirinya sendiri, apalagi diatur orang lain, bangsa yang amburadul, egoistis, individualistis dan materialistis, bangsa yang sedang merusak dirinya sendiri.

Pertanyaannya, apakah untuk menjadi baik -sesuatu bangsa - harus menjadi rusak terlebih dahulu?

Mungkin memang harus demikian takdirnya, siklus duniawi, baik, rusak, kembali baik, rusak lagi dst...... Manusiawi, jika suatu bangsa ingin selalu berubah, tetapi karena yang membimbing hanya akalnya saja, tanpa bimbingan mental yang memadai, tidak ada yang mengarahkan, agama dilupakan, sehingga keadaan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, bahkan amburadul, timbul kesemerawutan dimana2.

Ibarat air yang sedang berguncang kesana kemari, menurut kodratnya dia nantinya akan mencari keseimbangannya sendiri. Semoga saja... tidak malah mawut tumpah kemana2, apalagi sampai mengalir ke tempat titik nadir, mencari titik yang terendah, dimana nantinya tentu akan sulit, membutuhkan energi yang sangat besar, untuk memompanya keatas, untuk mengembalikan pada keseimbangan, pada achir posisinya yang terbaik.....

Sudah berjalan satu dekade bangsa itu ingin keluar dari masalah yang melilit dirinya, tetapi nampaknya masih jauh dari harapan bahkan persoalan makin ruwet, makin semrawut, makin tidak teratur dalam segala hal.
Para pemimpin para pemegang kekuasaan masih saja tidak merubah visi, rakyat tetap dikesampingkan, kepentingan pribadi masih sangat menonjol sehingga kebobrokan2 demi kebobrokan nampak dimana2. Peribahasa jawa '' becik ketitik ala ketara '' sudah menampakkan dirinya. Pada bangsa itu mulai tampak pemimpin yang memang memimpin dan pemimpin yang hanya mencari keuntungan pribadi. Ironisnya justru kelompok yang terahir tadi yang lebih banyak. Korupsi makin menjadi, kolusi dan nepotisme bukannya berkurang. Padahal semangat reformasi kala itu menggebu2 mau memberantas yang namanya KKN tersebut.

Entah kapan bangsa itu bisa keluar dari masalah yang membelitnya. KKN sudah menjadi budaya, tidak lagi merupakan hal yang memalukan, justru merupakan suatu kebanggaan dan dilakukan secara terang2an secara berjamaah, tidak menjadi sesuatu yang rahasia lagi.

Budaya malu sudah hilang........ sesuatu yang sangat mahal harganya, sesuatu yang dapat mecegah perbuatan2 dosa dan tercela.
'' malu sudah hilang ''.........
Mungkinkah bangsa itu-pun akan hilang?

Tidak ada komentar: