Rabu, 21 Juli 2010

Apakah anda sadar betapa jeniusnya anda dalam memproduksi bahasa yang nantinya digunakan dalam percakapan sehari-hari? Dalam keadaan normal, manusia memiliki kemampuan yang sangat cepat dalam menanggapi makna kata maupun dalam mengucapkannya sebagai tidakan menanggapi ujaran yang diterima. Hal ini memang menakjubkan karena jumlah kosakata yang dimiliki oleh orang dewasa luar biasa besarnya. Penelitian awal mengenai bahasa Inggris yang dilakukan Seashore dan Eckerton (1940 dalam Aitchison 1994: 5) menunjukan bahwa seorang yang terdidik (minimal dapat membaca dan menulis) dapat mengetahui lebih dari 150.000 kata dan mampu menggunakan 90 % dari jumlah ini. Penelitian yang lebih belakangan menunjukan bahwa mahasiswa Negara Inggris memiliki lebih dari 50.000 kosakata.
Kosakata para siswa Amerika untuk membaca diperkirakan sekitar 40.000 dan bisa naik menjadi antara 60.000 sampai 80.000 bila nama diri, nama kota, dan ungkapan idiomatik juga diperhitungkan (Aitchison 1994: 7). Kalau kita ambil saja patokan 60.000, yakni, sisi rendah dari 50.000 dan 80.000, kecepatan orang dapat memahami kata sangatlah luar biasa. Dalam metode Shadowing (yakni, subjek diminta untuk meniru ujaran sambil mendengarkannya) didapati bahwa peniru dapat menirukan dengan selang waktu antara 250-275 milidetik.
Sebenarnya apa yang dimaksud leksikon makna? Dan apa hubungan antara penelitian di atas dengan judul dalam essai ini? Apa pula yang menjadikan leksikon makna begitu penting terhadap dunia sastra?
Leksikon makna dapat diibaratkan gudang dimana kita menyimpan barang. Akan tetapi, gudang ini bukan sembarang gudang karena tidak hanya barangnya yang disimpan itu unik, yakni, kata, akan tetapi cara pengaturannya juga sangat rumit. Kita bisa menemukan barang yang kita cari untuk berbagai macam permintaan yang masuk: permintaan itu bisa berupa bunyi, wujud fisik, wujud grafik, atau hubungan satu “barang” dengan “barang” lain. Seandainya gudang itu berisi barang-barang yang hanya ditaruh saja secara acak, padahal gudang itu berisi 60.000 macam barang, maka dapat dibayangkan bagaimana mungkin kita dapat menemukan apapun yang kita cari – dan dengan cepat.
Penelitian di atas menyatakan bahwa kemampuan manusia untuk mengolah kata baik ketika kata tersebut masih dalam bentuk ujaran lawan tutur kita sampai dipahami dan berubah bentuk menjadi ujaran dari tindakan kita sangatlah cepat walaupun melewati cara yang sangat rumit. Itu artinya kosakata yang kita dapati ketika kita bersentuh sapa dengan seseorang akan bertambah dengan sendirinya tanpa kita sadari dan kosakata yang kita dapati tersebut akan terakumulasi dalam memori kita yang disebut leksikon makna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering kita bersentuhan sapa dengan orang banyak maka kosakata yang kita miliki akan semakin banyak dan tentunya ini akan memperbanyak variasi ujaran yang bisa kita produksi. Sebaliknya bila kita mempersempit jumlah sentuhan sapa kita dengan orang lain atau bisa dikatakan hanya dengan orang yang sama maka kemungkinan untuk banyaknya variasi ujaran akan semakin lambat.
Ini menandakan bahwa leksikon makna menjadi salah satu faktor dalam pembuatan sebuah karya sastra oleh seorang sastrawan. Seperi kita ketahui bahwa seorang sastrawan ketika membuat sebuah karya sastra memerlukan banyak varian kata yang banyak, hal itu dibutuhkan untuk memperindah rangkaian kata yang akan terbentuk nantinya. Dengan kata lain seorang sastrawan membutuhkan leksikon makna yang luas dan memerlukan sentuhan kosakata lebih banyak daripada orang biasa karena mereka harus dapat menyelaraskan banyak variasi kalimat.Jadi jelas sudah mengapa leksikon makna dibutuhkan oleh seorang sastrawan dan sangat penting bagi dunia sastra

Tidak ada komentar: