Selasa, 25 Agustus 2009

ASIDA


ketika puasa hari ketiga saya diundang ole kawan untuk berbuka puasa bersama pada jam 06:30 saya di jemput oleh kawan dengan mengunakan mobil proton (mobil buatan Malaysia) kami terus menuju bandar baru Bangi dan kali ini kami tak pergi ke kedai makan (rumah Makan) seperti dua hari yang lalu. Kali ini kami menuju sebuah bagunan flat, disana telah menati kehadirian kami kawan-kawan yang lain, kami pun bercanda gurau sambil menungu datangnya saat berbuka.

Di antara kawan-kawan yang berasal dari Indonesia ada juga seorang kawan yang berasal dari Tunisia. Disinilah hal yang menarik membuat saya teringat akan makanan andalan saya sewaktu berbuka Asida namanya. Saat datanya buka kami disajikan dengan asida khas Tunisia, sayapun bertanya-tanya apa nama makanan ini kata kawanku asida namanya. Kawan yang berasal dari Tunisia itu pun bercerita tentang Asida sebagain makanan bagi muslim Tunisia, dalam menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw tak hanya diperingati dengan upacara keagamaan biasa serta pembacaan sirah nabawiyah, syair al Barzanzi atau Dibai seperti dalam syair di atas. Tetapi juga dimeriahkan dengan adanya assida, bubur manis dan lezat khas Tunis yang hanya diproduksi pada bulan Mulud.

Sejak penghujung bulan Safar, tanda-tanda perayaan maulid sudah nampak. Assida pun mulai mengisi pojok-pojok toko dan super market. Asida adalah bubur berwarna hitam dilapisir krem dan ditaburi berbagai jenis kacang-kacangan, seperti noisette, amande dan lain-lain. Bahannya utamanya adalah zagugu – sejenis tepung gandum khas Arab - gula pasir dan air. Untuk lapisan kremnya ada susu, kuning telur, vanili dan maizena.

Di kafe-kafe gaul kota Tunis, assida juga tersedia. Jadi teman minum kopi sambil duduk santai di tengah eksotisme kota. Di kafe-kafe, satu mangkok kecil assida biasa dijual seharga 1,5 Dinar atau sekitar 12 ribu rupiah. Kadang ada yang lebih mahal. Bagi yang hendak bikin sendiri di rumah, biji zagugu dan kacang-kacangan itu juga tersedia di toko-toko. Selain mengkonsumsi assida, umat Islam Tunisia juga biasa mengkhitan puteranya pada bulan Mulud. Barangkali untuk berharap berkah yang lebih. Acara khitanan massal pun digelar di banyak tempat.

Asida ('asīda) (bahasa Arab: عصيدة) adalah hidangan Arab terdiri dari tepung gandum yang dimasak gumpalan adonan. Hal ini mirip dengan bubur. Asida merupakan makan di seluruh dunia Arab, dari negara-negara Arab Teluk Persia ke Afrika Utara. Asida dimakan dengan mengunakan tangan di timur tengah, tanpa menggunakan perkakas. Hal ini sering disajikan pada hari libur, seperti Maulid, dan perayaan. Hidangan ini merupakan hidangan sederhana namun kompleks. Di Timur Tengah asida adalah makanan tradisional sebagai sarapan di pagi hari ada juga asida sebagai makanan ringan yang mengiurkan dim lam hari.

Saat posting ini dimuat kenanga tentang ibuku yang membuat asida untuk berbuka selalu beyangang Kebiasaan ibuku adalah minum kopi sore dan biasanya kopi sore hari yang diminum itu harus ada ‘temannya’ apakah pisang goreng, panekoek atau apa saja yang penting ada temannya. Nah di saat bulan puasa seperti saat ini, teman minum kopi jadi sedikit berubah dikala berbuka puasa, hehehheheh jadi teringat kembali masa-masa yang bahagia di desa kelahirannya, sebuah desa kecil di Kebupaten Beram Bagian Barat. selama bulan puasa, pada saat berbuka selalu asida menjadi menu utama kue asida ini sangat terkenal di Maluku walaupun asida merupakan makanan khas orang timur tengah tetapi juga menjadi paforit warga Maluku.























Di kota Ambon apabila bulan ramadha tiba begitu banyak tenda-tenda yang di pasang disekitaran desa Batu Merah dan depan Mesjid Al Fatah Aneka kue, asinan, hingga lontong sayur terhampar. Tak ketinggalan makanan khas selama puasa: aneka kolak. Beragam makanan nan menggoda itu dijual di pasar ramadhan di sepanjang desa Batu Merah dan depan Mesjid Raya Alfata Ambon. Aneka makanan yang dijual di pasar Ramadan ini cukup beragam. Aneka kolak hingga lauk untuk buka puasa tersedia mulai. Pasar ramadhan ini cukup membantu ibu-ibu yang tak sempat memasak juga para anak kos. Bukan hanya pembeli yang diuntungkan. Pedagang juga bersyukur bisa mendapat penghasilan tambahan untuk ber-Lebaran. Berkah Ramadhan dari pasar ini juga dirasakan juru parkir dan tukang ojek. Sayangnya pasar ini menimbulkan kemacetan. Tak ada satupun polisi yang datang mengatur lalu lintas.

Sementara itu di Ambon, Maluku, terdapat salah satu Kampung Ramadhan atau Kampung Kue yang berada di Lorong Waliulu, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau. Dijuluki kampung kue karena dikawasan ini seluruh warganya terlibat dalam mengerjakan makanan yang dijual untuk panganan buka puasa saat Ramadhan. Setiap Ramadan, kampung ini ramai dikunjungi orang. Mereka umumnya mencari kue untuk dibeli sebagai menu berbuka puasa. Kue yang dijual mulai dari Asida, makanan favorit warga Kota Ambon, hingga kue tar atau biasa disebut sebagai kue yahudi. Entah kenapa sampai di juluki kue Yahudi. Tapi yang lebih penting, menurut warga, kue Yahudi memiliki khas tersendiri serta cukup enak. Wajar, jika kue Yahudi selalu diserbu warga sebagai makanan utama buka puasa Walau harganya cukup mahal,Rp 2.500 per potong.
Sayangnya, kue ini hanya dijual ketika Ramadhan. Berbagai jenis kue mulai dijual dari pukul 11.00 WIT. Dalam waktu tiga jam, kue-kue ini habis terjual.

Apabila kue yahudi habis masi ada asidah bro……….yang juga penganan khas Ambon. Konon makanan mirip jenang atau dodol, tetapi lebih kenyal ini, dibawa oleh orang Arab yang kini banyak yang menetap di kawasan Batumerah. Asidah pun kemudian identik dengan Batumerah karena rasanya tak kalah enak dibandingkan dengan kue yahudi.
Resep asidah sudah bukan rahasia bagi masyarakat Ambon. Asidah mudah dijumpai di setiap pasar ramadhan seperti di Batumerah dan di depan Masjid Al Fatah.

Asidah dibuat dari tepung terigu dan gula kelapa. Adonan berwarna coklat ini dicetak dalam mangkuk kecil. Karena itu, bentuknya seperti kubah dengan cerukan kecil di tengahnya. Di atasnya ditaburi gula pasir halus, kayu manis, mentega cair, dan biji gardamon yang didatangkan dari tanah Arab. Setiap sendok asidah juga terasa lembut di mulut. Cara memakannya, asidah cukup ditekan dengan lidah ke dinding atas mulut dan selanjutnya akan mengalir dengan sendiri ke perut. Taburan gardamon di asidah menyebarkan aroma yang mirip eucalyptus dengan rasa sedikit pedas dan segar. Biji gardamon seperti itu biasanya dikunyah untuk menyegarkan aroma mulut. Kelembutan asidah pun bagus untuk mengisi perut yang kosong. Di samping rasanya manis, juga baik untuk mengembalikan energi tubuh setelah berpuasa. Setiap bungkus asidah bisa diperoleh dengan dua lembar uang seribu rupiah. Jika disimpan dalam lemari es, asidah terasa lebih nikmat saat disantap. "Asidah bisa juga untuk oleh- oleh lo karena bisa tahan dua hari.

2 komentar:

virna medina mengatakan...

(alm) nenek juga dulu suka bikin asida... my fave dish as a kid. now that she's gone, the dish seemed to be going with her.

Managing Partner Akbar F.A Salampessy, S.H mengatakan...

Asida itu adalah makanan favorit saya, ketika klu puasa pasti di rumah slalu ada asida sebagai pelengkap buka puasa....sungguh enak, rasanya yang kenyal dan lembut dilapisi baluran gula putih dan mentega apalagi dalam keadaan dingin...enak pastinya.
Tapi klu di Jakarta ada asida ini disebut dengan nama apa ya ? Tpi klu puasa di Jakarta tidakada penjual asida.